Keputrian Muslimat Hidayatullah bertujuan mencetak generasi pilihan yang suci aqidah dan cerdas pola pikirnya, siap mengemban tugas sebagai penerus Muslimat Hidayatullah dalam membangun peradaban Islam. Untuk mencapai target tersebut, Ketua Departemen Keputrian Muslimat Hidayatullah bersama Halaqoh Tarbiyah Putri Mancanegera (Hatima) menyelenggarakan webinar bertajuk, “Sikap Kader Hidayatullah Dalam Menanggapi Isu Politik.”
Webinar tersebut dilaksanakan pada Jum’at, 27 Agustus 2021/18 Muharram 1443 H, dan diikuti kurang lebih 100 partisipan terdiri dari kader Keputrian dan Muslimat Hidayatullah dari berbagai wilayah. Hadir sebagai pembicara, Ketua Departemen Antarbangsa DPP Hidayatullah, Ust. Dzikrullah.
Dalam pemaparannya, beliau mengutip surah An-Nur: 55.
Allah berfirman,
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
Menurutnya, dalam menanggapi berbagai isu politik, sebagai umat muslim harus memahami bagaimana kedudukan politik dalam Islam. Seorang muslim harus memiliki bingkai perspektif menurut Al-Qur’an dan sunnah. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam memahami, menanggapi, dan menentukan sikap terhadap isu politik.
“Langkah pertama yaitu menemukan istilah dalam Al-Qur’an yang memiliki ta’rif beririsan dengan definisi politik,” terang penulis buku Pelayaran Berdarah Menuju Gaza.
Langkah lain yang dapat dilakukan ialah memahami ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang tema kepemimpinan, mempelajari Sirah Nabawiyah, mengetahui Fiqih Siyasah, dan memahami prinsip serta strategi Siyasah Hidayatullah.
Dalah sejarah kehidupan Rasulullah, terjadi beberapa peristiwa politik. Di antaranya yaitu; tempat berkumpulnya pemuka Quraisy di Darun Nadwah, interaksi sahabat dengan Raja Najasyi, pemboikotan, perjanjian Hudaibiyah, hingga Rasulullah resmi menjadi kepala negara di Madinah.
“Rasulullah adalah pembangun peradaban. Orang yang rajin mendalami dan mempelajari Siroh Nabawi, maka ia akan mengetahui bagaimana kebijakan strategis dalam isu politik,” imbuhnya.
Terakhir, beliau mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun lingkungan yang Islami, menjaga akhlak, menjaga nasab dan kehormatan, menumbuhkan pribadia yang mulia, demi terbangunnya peradaban Islam.