Menuai Keuntungan Dalam Berdagang

16 September 2021

Oleh : Admin Mushida

mushida
Menuai Keuntungan Dalam Berdagang

Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat sembilan bagian pintu rezeki.” (HR. Ahmad)

“Assalamualaikum, Tok … Tok … Tok.

Kami baru saja mengakhiri pembelajaran di rumah, saat terdengar suara salam dari beranda. Si Abang, anak kedua bergegas bangkit untuk mengecek tamu dan membuka pintu sambil menjawab salam. Si Abang masuk rumah kembali dengan menyeret sebuah kotak bersusun tiga. “Ternyata, kurir paket, Bunda!” ucapnya memberi informasi.

“Alhmadulillah, sudah sampai.” Saya pun membantunya meletakkan paket-paket berukuran cukup besar itu ke dalam rumah, merapikan posisinya dan siap membuka isi paketnya. Si Tengah dengan sigap mengambilkan gunting khusus pembuka paket. Si Tengah memang selalu paling antusias jika ada paketan datang.

“Kita buka paket dari yang ukuran kecil ya, Bunda!” selorohnya dengan mata bulat berbinar. Saya mengangguk menuruti permintaannya. Si Abang membantu menggeser kotak kecil lebih dekat. Dengan mengucap basmalah, kami langsung menggunting bagian atas paket dengan hati-hati.

Paket pertama berisi cadar beragam model dan warna pesanan beberapa ummahat. “Nah, sudah adik tebak, ini pasti cadar. Alamat pengirimnya dah biasa adik lihat,” celetuk si Tengah yang turut membongkar dengan antusias. Si Tengah pun kemudian menghitung semua cadar yang ada. Si tengah langsung memilah sesuai model dan warna. Selanjutnya, si Tengah juga akan bergerak cepat mengambil buku catatan dagang bundanya. Dengan senyum manisnya si Tengah akan berkata, “Catat sudah, Bunda. Biar cepat laku dijual, bisa dapat uang, lalu bisa beli lagi!”

Secara mendasar si Tengah memang sudah paham konsep jual beli, meski secara hukum dan etika si Tengah belum paham seutuhnya. Si Tengah hanya tahu bahwa jika kita menjual, ada pembeli yang membayar dan kita bisa meraup untung sejumlah uang. Padahal, sebenarnya keuntungan berdagang tidak melulu berupa uang ataupun materi, namun bisa jadi keuntungan itu berupa jalinan silaturahim baru.

Berdagang, berbisnis ataupun jual beli menurut Islam adalah pekerjaan mulia. Bahkan, tauladan kita Rasulullah SAW adalah seorang pedagang professional. Sikap profesionalitas Rasulullah SAW terlihat dari pola dan cara beliau bertranskasi. Rasulullah SAW senantiasa berdagang dengan cara yang elegan. Kejujuran dan kerja keras dalam berdagang menjadi modal utama kesuksesan dunia akhirat. Berdagang secara jujur, tidak hanya akan memberi keuntungan duniawi, tapi jelas menjamin keselamatan di akhirat.

“Bunda, kenapa ambil untungnya sedikit sekali?” sela si Abang sambil menghitung dengan kalkulator.

“Biar sedikit yang penting berkah, Nak. Kalau berkah, insyaaAllah akan berkelanjutan.”

“Berkelanjutan gimana, Bunda?”

“Kalau kita jual barang dengan harga murah tapi kualitas tidak murahan, insyaaAllah jualan kita akan laris. Bahkan kita akan punya banyak pelanggan. Artinya jualan Bunda akan terus dicari pembeli, tidak mandeg. Jadi, kita tak perlu mencari keuntungan yang banyak. Asalkan bisa nutup modal sudah aman.”

“Oo, pantas jualan cadar Bunda gak habis-habis, ada terus yang pesan. Tapi, apa sih keuntungan berdagang, kalau bukan cari uang?” pertanyaan si Abang makin menelisik.

Saya pun tersenyum dan mencoba menjelaskan keutamaan berdagang dalam Islam. Berdagang dalam Islam bukan perkara sulit tapi juga bukan hal mudah untuk dilaksanakan dengan baik dan sesuai syari’at. Berdagang bukan juga melulu masalah untung dan rugi. Ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari berdagang, asal sesuai aturan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang kerap memotivasi umatnya untuk menjadi pedagang, “Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para nabi, orang-orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi)

Berdagang itu merupakan pekerjaan halal. Jual beli dalam Islam diperbolehkan, asal tidak ada unsur riba didalamnya. Maka, kita harus berhati-hati dalam setiap transaksi, harus jelas aturan dan akadnya. Jangan sampai suatu pekerjaan yang halal dan baik, malah menjerumuskan ke dalam lubang dosa hanya karena ada riba didalamnya.

Berdagang membawa keberkahan. Penjual dan pembeli akan mendapat keberkahan jika melakukan transaksi jual beli atas dasar kejujuran. Sikap jujur harus diutamakan dalam sebuah perdagangan, sehingga tidak ada kekecewaan setelahnya. Jika barang yang dijual memiliki kualitas kurang baik, maka penjual harus menyampaikan dengan jujur pada pembeli. Sehingga pembeli bisa mempertimbangkan keputusannya lanjut membeli atau tidak.

Berdagang merupakan ladang pahala. Jika kita berdagang dengan niat ingin mencukupi kebutuhan keluarga atau membantu kehidupan orang lain, maka akan menjadi nilai shodaqoh dan ladang pahala yang mulia. Berdagang sungguh merupakan pekerjaan mulia. Sebagian besar sahabat Rasulullah SAW bahkan memilih berdagang sebagai pekerjaan utama disamping tugas mereka mensyiarkan Islam. Dan, dari hasil perdagangan itu, mereka sumbangkan untuk perjuangan Islam.

Berdagang meningkatkan perekonomian umat. Aktivitas perdagangan biasanya melibatkan banyak pihak. Rantai perdagangan dimulai dari pemasok, produsen, distributor, agen, reseller, kurir hingga sampai ke tangan konsumen. Rantai perdagangan jelas memberi dampak positif pada peningkatan perekonomian umat. Semua orang yang terlibat dalam rantai perdagangan tersebut secara langsung akan menikmati rezeki masing-masing.

Berdagang menjalin silaturahim. Ya, salah satu manfaat positif dari berdagang adalah terjalinnya silaturahim yang baik antara orang-orang yang terlibat. Apalagi jika kita berdagang dengan jujur, amanah, sopan, serta berkomunikasi dengan baik, maka insyaaAllah rezeki dan silaturahim kita akan lebih luas.

Berdagang menambah wawasan. Berdagang memberi kita banyak wawasan. Percayalah bahwa dengan berdagang kita bisa menyerap informasi dari beberapa orang/relasi yang kita temui. Informasi positif tentu akan memberi kita wawasan lebih, sehingga kita bisa memanfaatkan peluang yang ada dengan lebih baik. Termasuk peluang untuk berjualan secara online.

“Jualan online?” si Abang yang sedari tadi mendengarkan penjelasan Bunda bertanya dengan alis berkerut. “Maksud bunda, kayak jualan di internet itu, ya?”

“Iya. Jualan online saat ini semakin marak, apalagi di tengah situasi pandemi seperti sekarang. Sebagian besar pedagang merasa lebih aman menjajakan jualannya via online. Begitu pun dengan pembeli.”

“Oo, benar juga, ya. Kalau online kita gak perlu kemana-mana. Gak perlu capek menggelar jualan di toko atau di pasar. Cukup duduk dirumah, promosi, transaksi, kirim barang. Simple, ya!”

“Yup. Tapi jualan online juga gak sesimple yang kita bayangkan, Nak. Ada banyak aturan yang harus kita ketahui dan patuhi. Sebab jika salah, kita bisa terjebak dalam tipu muslihat, saling mencurangi dan saling mendzalimi. Naudzubillahimindzalik!”

Si Abang terlihat mengangguk-angguk. Entah apa yang ada di benaknya. Pahamkah? Atau malah bingung dengan penjelasan bundanya yang terlalu global. Namun biarlah, siapa tahu ada sedikit informasi yang memenuhi ruang pikirnya tentang konsep keutamaan berdagang.

“Ooo pantas Bunda suka pesan cadar pakai WA. Gak perlu keluar rumah belanja, barangnya langsung datang sendiri diantar pak kurir.” Celetuk si Tengah tiba-tiba, membuat senyum makin mengembang.

“Kalau gitu, abang mau belajar dagang seperti Rasulullah SAW, aaah. Siapa tahu keuntungannya bisa disumbangkan ke masjid.”

“Halaaah, bawa es lilin ke sekolah aja malu, gimana mau berdagang kayak Rasulullah SAW,” si Tengah menyela disambut tawa berderai diantara keduanya.

Masya Allah, belajarlah berdagang, Nak. InsyaaAllah berdagang akan memberikan banyak keuntungan, asal dilakukan dengan cara yang benar. Utamakan kejujuran, bangun kepercayaan, dan berikan pelayanan terbaik. Bangkitkan ekonomi umat dengan perdagangan halal.*/

*Asri Wulantini
PW Mushida Jawa Barat