Srikandi Pengukir Sejarah, Pencorak Peradaban Ummah

14 November 2021

Oleh : Admin Mushida

mushida
Srikandi Pengukir Sejarah, Pencorak Peradaban Ummah

Pepatah Arab mengatakan bahwa wanita adalah tiang dan pondasi negeri. Sebuah negeri akan menjadi baik jika wanitanya memiliki pribadi yang baik. Peran muslimah dan ummahat sangat berpengaruh dalam mengokohkan pilar keluarga.

Berkaca dari hal tersebut, Wanita Ikatan Muslimin Malaysia (ISMA) menghadirkan webinar dengan tema, “Srikandi Pengukir Sejarah, Pencorak Peradaban Ummah.” Webinar yang mengundang empat tokoh organisasi muslimah asal empat negara ini digelar pada 31 Oktober 2021.

Arti Srikandi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan nama salah seorang istri Arjuna (tokoh wayang) yang sangat berani dan pandai memanah. Sedangkan menurut istilah, Srikandi dapat diartikan sebagai pahlawan wanita yang gagah berani.

Webinar yang diikuti oleh lebih dari 200 peserta ini mengupas tentang Srikandi asal empat negara yang telah mengukir sejarah, meninggalkan jejak kebaikan dan pahlawan perempuan yang berjasa dalam membangun peradaban sebuah bangsa.

Dr. Suriani Sudi, Ketua Wanita ISMA menyebutkan bahwa Tun Kudu ialah salah satu Srikandi asal Malaysia yang selalu mementingkan kepentingan negara daripada kepentingannya sendiri.

“Hidupnya seperti lilin yang membakar diri sendiri untuk menerangi orang lain. Ia selalu rela berkorban untuk bangsa. Tun Kudu berjaya mendidik anak-anaknya menjadi pemimpin yang berjaya dan menjadi orang besar-besar Melaka,” ungkapnya.

Turut hadir sebagai pembicara yaitu Hj. Zubaidah Binti Hj. Kamaludin, Ketua Persatuan Siswazah Wanita Brunei Darussalam.

Dalam pemaparannya, Hj. Zubaidah menyampaikan tentang tujuan dari organisasi Persatuan Siswazah Wanita Brunei Darussalam yaitu menyatukan para siswazah wanita di Brunei Darussalam dan memelihara pertalian profesional di kalangan mereka. Mewujudkan forum bagi perbincangan atas perkara-perkara yang berkaitan wanita dalam perkembangan diri, keluarga, masyarakat dan negara.

Salah seorang Srikandi asal Brunei Darussalam ialah Hj. Zahrah binti Haji Idris.
“Dalam usaha menyebarkan syiar Islam, beliau sering mengadakan kegiatan keagamaan seperti kuliah subuh, kelas mengaji al-Quran, majelis tahlil, majelis dikir, sholat tarawih berjama’ah sepanjang bulan Ramadhan, majelis bertadarus dan kelas menghafaz Al-Quran di rumah beliau,” terangnya.

Rasulullah SAW bersabda, “Siapapun yang mendukung dua gadis sampai mereka mencapai kedewasaan, dia dan aku akan datang pada hari kiamat (dekat satu sama lain) seperti ini – Rasulullah bergabung dengan jarinya untuk menggambarkan kedekatan.” (HR. Muslim)

Hadits tersebut disampaikan oleh narasumber asal Indonesia, Kurnia Irawati Istadi, Anggota Majelis Penasehat Muslimat Hidayatullah.

Ia memperkenalkan salah seorang pahlawan perempuan asal Indonesia yaitu Rahmah El-Yunusiah. Rahmah mendapat gelar kehormatan “Syaikhah” dan menjadi perempuan pertama yang mendapatkan gelar tersebut dari Al-Azhar. Kedatangan Rahmah dan cerita soal Sekolah Diniyyah menginspirasi Al-Azhar untuk membuka Kulliyatul Lil Banat—Fakultas khusus perempuan yang direalisasikan pada 1962.

“Mencerdaskan kaum wanita, adalah keutamaan dalam perjuangan Islam. Jadilah wanita yang dibanggakan Rasulullah. Teguh berpegang Syariah dan berani membela Islam hingga bertaruh nyawa,” imbuhnya.

Dalam pemaparannya, penulis buku ini juga memperkenalkan Hj. Aida Chered, Srikandi Hidayatullah, seorang istri pendiri Hidayatullah yang berjuang memajukan umat dalam membangun peradaban Islam. Hingga kini, Hidayatullah memiliki 374 cabang, dengan 9 Perguruan Tinggi, 385 Sekolah menengah, dan 200 PAUD-TK.

“Tugas kita muslimah nusantara, membangun peradaban Islam dunia. Berdakwah melalui sosial media, dan bekerja sama dalam bidang ekonomi,” pungkasnya.

Tak kalah menarik, narasumber asal Singapura, Dr. Bibi Jan Mohd Ayyub yang menuturkan tentang kisah Nuasibah binti Kaab R.A, merupakan wanita Anshar yang telah berbai’ah dengan Rasulullah bersama golongan laki-laki dalam Perjanjian Aqabah 2.

Kisah heroik Nusaibah yang paling dikenang sepanjang sejarah adalah pada saat Perang Uhud, di mana ia dengan segenap keberaniannya melindungi Rasulullah. Pada perang itu, Nusaibah bergabung dengan pasukan Islam untuk mengemban tugas di bidang logistik dan medis.

Dalam berbagai riwayat disebutkan, bahwa ketika itu Nusaibah berperang penuh keberanian dan tidak memedulikan diri sendiri ketika membela Rasulullah. Saat itu, Nusaibah menderita luka-luka di sekujur tubuhnya. Namun hebatnya, Nusaibah tidak pernah mengeluh, mengadu, atau bersedih.

“Di manapun dan kapanpun yang terpenting ialah pembentukan akidah, tasawwur, syariah dan akhlak kita dan menghidupkan amal makruf nahi mungkar, serta mengikut ajaran Allah dan Rasul,” tutur Ahli Lembaga Pengarah, Kelab Heal Aktivis Sosial Singapura ini.

Sebagaimana narasumber lainnya, ia menyampaikan pahlawan asal Singapura. Che Zahara binte Noor Mohamed atau panggilan pendeknya Che Zahara (1907–1962) adalah seorang aktivis Melayu Singapura yang giat memperjuangkan hak Wanita. Beliau pendiri organisasi Muslimah pertama di Singapura yaitu Persatuan Kebajikan Wanita Melayu (Malay Women’s Welfare Association, MWWA).

Tuga seorang perempuan tak boleh dianggap remeh. Perannya sebagai pembangun peradaban tak bisa dipandang sebelah mata. Perempuan yang senantiasa melakukan ketaatan kepada Allah, memiliki aqidah yang kokoh, berakhlak mulia memiliki kedudukan tinggi yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya. Untuk itu, webinar ini diharapkan mampu menyerap spirit perjuangan dan menjadikan teladan para Srikandi dalam mengukir sejarah dan membangun peradaban bangsa.