Temu Kader Keputrian: Eksistensi Remaja Muslimah Milenial dalam Membangun Peradaban Islam

08 November 2021

Oleh : Admin Mushida

mushida
Temu Kader Keputrian: Eksistensi Remaja Muslimah Milenial dalam Membangun Peradaban Islam

JAWA BARAT – Berbicara tentang kiprah pemuda pemudi Islam pada era milenial memang akan selalu menghadirkan gairah, keyakinan dan semangat untuk berjuang. Bagaimana tidak? Karena mereka adalah generasi pelanjut perjuangan dalam menegakkan peradaban Islam.  Pada merekalah amanah besar untuk terus melanjutkan eksistensi perjuangan akan diembankan.

Maka, sebagai pelecut semangat dan menyatukan ghiroh perjuangan khususnya untuk keputrian Muslimat Hidayatullah, pada hari Ahad 2 Rabiul Akhir 1443 H bertepatan dengan 7 November 2021 M, Departemen Keputrian Pengurus Wilayah Mushida Jawa Barat menyelenggarakan acara Temu Kader Keputrian dengan tema “Eksistensi Remaja Muslimah Milenial dalam Membangun Peradaban Islam.”

Tingginya semangat perjuangan para remaja muslimah Hidayatullah patut diapresiasi dan disyukuri. Terlihat dari antusiasme para kader keputrian di seluruh nusantara hingga kader keputrian yang berada di luar negeri untuk mengikuti acara yang digelar secara virtual tersebut.

Peserta acara temu kader ini bahkan mencapai 2000 lebih yang tersebar kurang lebih 35 titik lokasi nobar (nonton bareng) dari seluruh nusantara dan luar negeri. Peserta luar negeri barasal dari kader keputrian di Mesir, Sudan dan Turki.

Acara temu kader ini menghadirkan dua pemateri tangguh, Muslimah pejuang yang penuh inspirasi. Beliau adalah Ustadzah Hani Akbar, S.Sos.I, Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah dan Ibu Santi Soekanto, Direktur ISA (Institut Al-Aqsa untuk Riset Perdamaian).  

Ustadzah Hani Akbar atau yang biasa disapa Ummi Hani menyampaikan tentang pentingnya memahami profil kader Hidayatullah serta tips dan trik menjadi seorang muslimah yang tangguh di era milenial tanpa harus kehilangan jati diri muslimah yang sebenarnya.

“Yang harus dilakukan oleh seorang muslimah di antaranya, memahami peran muslimah di rumah tangga dan masyarakat, mempelajari fiqih kewanitaan, memahami problematika kontemporer, mengasah keterampilan atau life skill dan berlatih olahraga sesuai sunnah Rasulullah,” tuturnya.

Sementara Ibu Santi Soekanto memberikan suntikan semangat tentang memaknai membangun sebuah peradaban Islam. Beliau menyampaikan bahwa sejatinya ketika berbicara tentang peradaban berarti bukan hanya bicara tentang sesuatu yang hidup saja. Tapi juga tentang jejak-jejak perjuangan yang telah ditinggalkan oleh pejuang terdahulu. Jejak yang harus kita perjuangkan untuk tetap terpelihara hingga tidak menghapus bukti peradaban Islam yang pernah ada.

“Luruskan niat berada di sini untuk mengikuti arus kebaikan. Hal tersebut diharapkan dapat membangun kekuatan umat untuk membebaskan Al-Aqsa kelak,” ungkap Muslimah yang bermukim di Turki ini.

Sebuah kejutan juga tersaji dalam acara temu kader keputrian kali ini, yaitu hadirnya Ustadz Dzikrullah atau yang dikenal dengan panggilan Babeh di ruang zoom yang mendampingi istri beliau, Ibu Santi. Ustadz Dzikrullah menyapa para kader keputrian dengan satu pertanyaan, “Siapkah kader keputrian Muslimat Hidayatullah untuk mendampingi mujahidin berdakwah hingga ke seluruh nusantara dan luar negeri?” Siap. Demikian jawaban serempak terlontar dari para kader keputrian baik secara langsung maupun melalui chatt zoom.

Acara temu kader keputrian ini disponsori oleh Baitul Maal Hidayatullah Jawa Barat sebagai sponsor utama. Sponsor pendukung lainnya adalah TUM (Toko Ummu Maher), Elud Bakery, Rosy Akhwat dan Santri Grafika.

“Alhamdulillah acara temu kader keputrian berjalan lancar dan tertib. Jazakumullah khair atas kerja sama seluruh pengurus, panitia, moderator dan operator selama acara berlangsung,” tutur Fitriyana, S.H.I selaku penanggung jawab acara. */Asri W