Memuliakan Anak Dengan Pendidikan Adab

24 Januari 2022

Oleh : Admin Mushida

mushida
Memuliakan Anak Dengan Pendidikan Adab

Ibunda Imam Malik bin Anas bernama ‘Aliyah adalah ibu yang benar-benar memperhatikan tumbuh kembang anaknya dan mengetahui dengan baik bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar. Perjalanannya dalam mendidik buah hatinya hingga menjadi imam panutan dunia menarik untuk kita simak dan kemudian kita teladani.

Dalam suatu riwayat, Imam Malik pernah bertanya kepada ibunya, “Ya Ummi, bolehkah ananda pergi untuk menuntut ilmu?” Jawab ibunya, “Kemarilah, pakai pakaian santri dulu.” Lalu sang Ibu membelikan sejumlah gamis baru berwarna putih untuk puteranya dan memakaikan surban kepadanya, lalu menyisipkan sejumlah dirham ke sakunya.“Sekarang, pergilah ke majelis Rabi’ah, dan pelajari bagaimana adabnya sebelum engkau ambil ilmunya, pesan sang Ibu.

Ibunda Imam Malik–rahimahallaah–adalah seorang ibu yang bijak dan tulus. Ia mendidik putranya yang kelak menjadi salah satu imam panutan dunia, agar berkunjung ke salah seorang ulama terkenal di masa itu, Rabi’ah bin Abi ‘Abdirrahman. Tujuannya tak lain adalah demi mempelajari adab sang guru, untuk mempelajari bagaimana beliau belajar dan mengajarkan suatu ilmu, bagaimana sikap tawadhu’nya, dan bagaimana tingkah laku dan wibawanya. Ibunda Aliyah menasihati puteranya agar mempelajari itu semua sebelum mengambil ilmu dari sang guru, dan ini menunjukkan kebijaksanan dan kecerdasan akal beliau sebagai Ibu.

*****

Adab Dulu Baru Ilmu

Kisah di atas begitu penting untuk direnungi oleh setiap orang tua, terutama ibu, dalam proses mendidik buah hatinya. Setelah sekian lama kita manapaki liku-liku perjalanan mendidik buah hati kita, kira-kira perkara apa yang selama ini kita anggap penting kemudian kita tuntut buah hati kita untuk mengejarnya. Boleh jadi selama ini kita hanya menilai bahwa yang penting hanyalah ilmu, kemudian kita mendorong agar anak-anak mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari sang guru. Tanpa melihat sisi-sisi lain dari sang guru, seperti ibadah dan adabnya, kemudian kita memaksa anak-anak untuk belajar kepadanya dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya darinya. 

Menyimak kisah di atas, ternyata ada hal penting yang perlu kita perhatikan terkait dengan proses mendidik anak, yaitu pendidikan adab. Bagi orang tua, pendidikan adab hendaknya didahulukan dari pada ilmu. Pendidikan adab ini mesti kita semai ke dalam jiwa anak sedari dini sebelum jiwanya terisi dengan ilmu. Pendidikan adab yang mesti kita semai ke dalam jiwa anak meliputi adab kepada Rabb, adab kepada sesama dan juga adab dalam bermuamalah di tengah kehidupan sehari-hari. Begitu pula, sebelum anak-anak berinteraksi dengan guru yang akan mengajarkan ilmu, maka orang tua perlu memastikan bahwa sang guru itu adalah sosok yang beradab, sehingga buah hati kita dapat mempelajari adab darinya.

Pendidikan adab, baik ketika anak masih berada di tengah keluarga maupun ketika anak telah berada di luar rumah, mesti menjadi perhatian setiap orang tua. Orang tua perlu bermujahadah untuk melimpahi pendidikan adab kepada buah hatinya. Apalah artinya bila anak-anak kita berilmu, tapi tak beradab. Apa yang bisa dibanggakan oleh orang tua bila anaknya berilmu, tapi sombong, tidak menghormati orang tuanya, sesamanya dan orang-orang yang lebih muda darinya. Kebaikan apa yang bisa kita harapkan dari generasi yang berilmu, tapi tidak malu kepada manusia yang ada di bumi dan tidak takut kepada Rabb-nya yang ada di langit ketika berbuat maksiat.

Apa yang telah ditempuh para orang tua shaleh terdahulu patut kita teladani. Bahwa sebelum anak-anak mereka pergi keluar menuntut ilmu, maka mereka membekali anak-anak mereka dengan pendidikan adab terlebih dahulu. Seperti yang disaksikan oleh Al Imam Abu Abdillah Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu ta’ala, seorang tabi’ tabi’in, beliau berkata:

“Mereka-mereka dulu (para salaf) tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk pergi menuntut ilmu hingga anak-anaknya telah diajar adab terlebih dahulu dan memperbanyak ibadah 20 tahun”

Jadi, sebelum menuntut ilmu yang begitu banyak cabang-cabangnya, para ulama salaf, seperti yang disaksikan oleh Al Imam Sufyan Ats Tsauri di atas, tidak mengutus anaknya untuk menuntut ilmu kecuali telah selesai persoalan adab dan ibadah mereka. Mereka betul – betul mengutamakan masalah adab sebelum anak – anaknya pergi untuk menuntut ilmu.

Memperhatikan Adab Guru

Begitu pula ketika anak-anak hendak keluar rumah dalam rangka memperdalam ilmu, maka orang tua tetaplah harus mengawal adab buah hatinya. Orang tua hendaknya tak begitu saja melepaskan anaknya untuk memilih guru (pendidik) yang dia kehendaki. Lebih-lebih di zaman modern ini ketika adab dianggap tak begitu penting. Kecerdasan akal lebih dikejar-kejar dan dibangga-banggakan, sedang kecerdasan hati dikesampingkan. Manusia bangga kepada orang yang cerdas intelektualnya, tapi tak peduli bagaimana agama dan akhlaqnya.

Begitu pula dalam dunia pendidikan modern sekarang, sebuah sekolah dianggap baik dan berkualitas hanya dilihat dari megahnya gedung dan kecerdasan intelektual guru-guru yang ada di dalamnya, meski mereka tidak memiliki kualitas agama dan akhlaq yang baik. Apa jadinya, bila anak-anak dididik oleh guru yang tak memiliki adab yang baik, sangat mungkin anak-anak akan menjadi orang berilmu, tapi miskin adab. Berilmu, tapi bobrok moralnya. Pintar tapi ingkar kepada Rabb-nya. Sepertinya hal itu banyak terjadi di zaman modern ini.

Kiranya, apa yang telah ditempuh oleh Ibunda Imam Malik di atas patut diteladani oleh para orang tua. Bahwa, sebelum menyerahkan buah hatinya kepada seorang guru atau lembaga pendidikan hendaknya melihat bagaimana adab para gurunya itu. Sebab, gurulah yang nantinya akan menjadi teladan bagi anak-anak dan akan mewarnai jiwa mereka. Dengan keteladanan adab dari sang guru itu, kita berharap anak-anak akan mengikuti jejak guru mereka. Sehingga mereka selain menimba ilmu juga menimba adab.

Ibnu Athaillah berujar, “Maka pada guru yang benar-benar berilmu, akan kau reguk adab yang tak disediakan oleh buku-buku.” 

Dari proses transformasi adab dan ilmu dari sang guru, kita berharap akan lahir generasi yang berilmu dengan adab yang tinggi.

Peran Ibu dalam Mendidik Anak

Seorang ibu menjadi tumpuan utama seorang anak. Terutama ketika anak usia balita sampai periode anak sekolah, bahkan menjelang dewasa. Di masa ini, seorang ibu harus menyediakan waktu untuk selalu bersama, berinteraksi, dan berkomunikasi secara terbuka, serta bagaimana menanamkan adab yang baik kepada anak – anaknya. Dalam membentuk perilaku anak, tidak hanya melalui  lisan tetapi juga lewat tingkah laku. Anak akan selalu melihat dan mengamati tingkah laku ibunya. Selanjutnya anak meniru yang kemudian diambil, dimiliki, dan diterapkan dalam kehidupannya.Seorang Ibu memegang peranan penting dalam mendidik anak – anaknya terutama dalam hal pendidikan adab. Seorang Ibu harus senantisa mendidik dengan cinta, keteladan dan do’a.

Pemberian Terbaik

Di tengah dominasinya peradaban materialisme seperti di zaman ini, kebanyakan orang tua berpandangan bahwa hal terbaik yang mesti diberikan kepada anak adalah ilmu dan keterampilan yang nantinya bisa mendatangkan materi berlimpah berupa harta, uang dan sejenisnya. Tentu, membekali anak dengan ilmu dan keterampilan itu penting. Namun, itu saja tidak cukup. Orang tua juga mesti memberi pendidikan adab kepada buah hatinya. Bahkan dalam Islam, pendidikan adab inilah pemberian terbaik yang mesti diberikan kepada anak.

Rasulullah Saw bersabda, “Tidaklah seorang bapak memberikan pemberian kepada anaknya sesuatu yang lebih baik dibandingkan adab yang terpuji.” (HR. at-Tirmidzi).

Di tengah zaman yang disesaki dengan kerusakan moral dan adab seperti sekarang ini, pendidikan adab mesti menjadi perhatian utama bagi para orang tua. Pandangan orang tua yang menilai bahwa melimpahi pendidikan yang berorientasi untuk materi adalah pemberian terbaik harus segera direvolusi menuju cara pandang bahwa sesungguhnya pemberian terbaik untuk anak adalah pendidikan adab, sebagaimana yang disabdakan Nabi Saw di atas.

Untuk itu, sebelum anak dilimpahi ilmu, maka orang tua mesti melimpahi pendidikan adab terlebih dahulu. Dengan limpahan pendidikan adab, kita berharap anak-anak kita tak hanya cerdas akalnya, tapi juga hidup hatinya. Tak sekedar tinggi ilmunya, tapi juga tinggi adabnya. Dan yang lebih penting dari pendidikan adab ini adalah anak-anak kita memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Sehingga di manapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun, mereka takut untuk berbuat maksiat. Jika demikian, maka petaka krisis moral yang kini melingkupi zaman ini dengan sendirinya akan sirna dan berganti dengan tampilnya generasi yang beradab. Orang tua perlu mendidik anaknya agar bisa meraih masa depan yang terbaik. Tentu bukan hanya masa depan di dunia tapi juga di akhirat. Allahu a’lamu bishshowab.

*/Sitti Kusfiati Madjid (Muslimat Hidayatullah Kendari – Sulawesi Tenggara)