Karakter Istri dan Ibu dalam Syakhsiyah Mushida

06 Maret 2022

Oleh : Admin Mushida

mushida
Karakter Istri dan Ibu dalam Syakhsiyah Mushida

“Peran Wanita dalam keluarga, sangatlah menentukan. Senyum tidaknya seorang istri, akan menentukan kesuksesan suami, sementara bagus tidaknya akhlaq ibu, akan menentukan akhlaq anak. Apalagi doa-doanya, akan menentukan keberhasilan seluruh anggota keluarga.”

Demikian disampaikan oleh anggota Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah, Ustadzah Irawati Istadi, S.Sos.I dalam tausiyah subuh sebagai rangkaian kegiatan Rakernas Muslimat Hidayatullahpada 6/3/2022 di kantor PP Muslimat Hidayatullah, Cipinang, Jakarta.

Beliau mencuplik materi yang terdapat dalam buku Syakhsiyah Mushida, yaitu bagaimana karakter Muslimah menurut Al Quran. Disampaikan bahwa dalam Al Alaq ayat 1-5, mencerminkan karakter istri yang mampu menunjukkan keteladanan keimanan, dan karakter berilmu, yang tak pernah berhenti mencari ilmu walau usia terus berjalan. Bahkan seorang istri harus memiliki rencana belajar yang terus-menerus, sehingga setiap saat dirinya senantiasa bertambah potensinya.

Selanjutnya dalam surat Al Qalam, ditunjukkan karakter istri yang menjaga akhlaqul karimahnya, agar diteladani oleh anak. Dalam surat Al Muzammil pun, disiratkan karakter istri yang terus menerus menjaga kualitas ruhiyah dan ibadahnya. “Konsistensi dalam ibadah nawafil selalu ditingkatkan. Penguatan ibadah melalui GNH (Gerakan Nawafil Hidayatullah), meski berat, tetap harus diupayakan,” imbuhnya. Bahkan juga ibadah sunnah lain yang tidak ada di GNH pun diusahakan untuk dilaksanakan, seperti shalat dhuha dan puasa. Apalagi puasa selain memberi kesempatan doa-doa kita diijabah Allah, juga akan menjaga kualitas kesehatan kader.

Karakter istri yang selanjutnya tecermin dalam surat Al Muddatsir, adalah yang terus bersemangat melakukan dakwah fardiyah yang bervariasi. Jika semat (sedekah Jum’at) sudah dilaksanakan, misalnya, segera ditambah melakukan bentuk2 dakwah fardiyah yang lain. Terakhir, menjadi istri dengan karakter Al Fatihah, yang melakukan segala sesuatu dengan nama Allah.

“Itu berarti,  bagaimana seorang kader Muslimah Hidayatullah harus bisa menjadikan visi membangun peradaban Islam senantiasa mengalir dalam aliran darah kita dan mewarnai 24 jam kehidupan kita. Saat menyapu, menggosok baju, hingga saat tersenyum kepada murid-murid TK pun, semua adalah diniatkan untuk Membangun Peradaban Islam.”

Terakhir diingatkan juga untuk terus memperkuat jati diri Hidayatullah ke dalam diri. Rajin halaqah untuk menguatkan manhaj, menjaga kekuatan jamaah karena kita pun masih kalah dengan jamaah kaum Yahudi.

Taushiyah Subuh sebagai rangkaian Rakernas yang dilaksanakan pada 2-3 Sya’bann 1443 H/ 5-6 Maret 2022 ini, dihadiri oleh Pengurus Pusat Mushida, Pengurus Inti Wilayah Mushida 34 provinsi, dan kepada PAUD/TK Kampus Utama Hidayatullah.