Niat kita menjalankan ibadah puasa adalah untuk Allah semata. Dengan menahan lapar kita tidak lantas menjadi sakit atau lemas. Allah sudah mengatur yang terbaik untuk hamba-Nya. Seseorang yang tidak makan dan minum di siang hari, ia tidak akan sakit. Bahkan Allah menjamin kesehatan bagi orang yang berpuasa.
Namun seringkali kita merasa lemas pada siang hari saat berpuasa. Nah, sebetulnya pengaruh kita merasa lemas bukan karena puasa, tapi pengaruh itu berasal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh kita. Bagaimana bisa? Berikut adalah pemaparan Ust. Zaidul Akbar, seorang dokter yang menggagas jurus sehat Rasulullah, beliau memiliki tips dan resep agar tetap sehat dan bugar selama kita menjalani ibadah puasa.
Dr. Zaidul Akbar menjelaskan bahwa Allah menjadikan makanan dan minuman sebagai asupan agar manusia bisa kuat dengannya. Makanan yang halal dan didapat dengan cara yang halal akan memberikan energi bagi seorang muslim. Itu artinya setelah kita makan, maka seharusnya tubuh kita menjadi kuat dan sehat, bukan malah lemas.
Kalau justru kita menjadi lemas, berarti ada yang keliru dengan sesuatu yang masuk ke dalam tubuh kita. Bisa jadi makanan itu mengandung banyak kalori dan kadar gula yang tinggi. Mengomsumsi makanan berkalori secara berlebih dapat menjadikan seseorang kelebihan berat badan. Sedangkan makanan dengan kadar gula tinggi akan menjadikan badan terasa lelah. Jika dibiarkan, hal ini tidak baik bagi kesehatan tubuh kita.
Dr. Zaidul Akbar juga menuturkan tentang keajaiban berpuasa. Beliau menambahkan bahwa sel dalam tubuh kita adakalanya akan melakukan proses apoptosis. Dilansir dari situs farmasi UGM, apoptosis adalah kematian sel secara terprogram yang terjadi secara normal selama proses perkembangan dan penuaan semua jaringan tubuh. Apoptosis merupakan mekanisme homeostatis sel untuk memelihara populasi sel dalam jaringan tubuh dan dalam mekanisme pertahanan tubuh.
Sel tersebut akan membunuh dirinya selama 11-14 hari, dan melakukan pergantian sel baru. Kemudian dari 11-14 hari tersebut jika diambil pertengahan maka muncul 12 hari. Sedangkan jumlah hari dalam satu tahun ada 365 hari, lalu dibagi dengan 12, maka muncullah 30 (365 : 12 = 30). Nah, 30 hari tersebut adalah hari di mana wajib bagi seorang muslim untuk melaksanakan puasa. Muslim atau tidak muslim harusnya wajib berpuasa selama 30 hari dalam waktu setahun sekali. Karena tubuh kita dalam satu tahun butuh diistirahatkan, agar badan lebih sehat, raganya baik dan qalbunya juga tidak sakit.
Dr. Zaidul Akbar menyayangkan bahwa bulan Ramadhan ini tidak dijadikan waktu untuk bersih-bersih diri. Padahal tubuh kita perlu detoksifikasi. Realitanya pada bulan Ramadhan ekonomi di Indonesia mengalami inflasi yang tinggi. Semua kebutuhan dan bahan pokok naik, karena banyaknya permintaan terhadap suatu barang. Kita disibukkan dengan hal-hal yang remeh seperti, buka dengan menu apa, minum apa, berbuka bersama di restoran mana, nanti sahur pakai apa. Yang kita pikirkan hanyalah makanan.
Pola konsumtif dan hidup sehat yang tidak baik masih saja menjadi kebiasaan buruk masyarakat di negeri ini. Kalau kita melihat ke luar, banyak takjil yang menjajakan makanan yang kurang sehat seperti es sirup, minuman dengan gula buatan, makanan yang bertepung, dan makanan yang digoreng dengan minyak yang sudah digunakan beberapa kali. Hingga masjid yang mengadakan bukan bersama pun kerap tidak pernah meninggalkan gorengan (tahu, tempe, pisang yang digoreng) sebagai menu utamanya. Kebiasaan buruk ini tentu harus ditinggalkan jika kita ingin tetap sehat selama puasa Ramadhan.
Jika badan kita sehat maka kita dapat beribadah dengan baik dan bekerja dengan maksimal. Dengan jiwa yang sehat maka kita dapat berpikir positif dan lebih mudah menahan amarah selama berpuasa. Dr. Zaidul Akbar memberikan resep agar tetap tampil bugar saat berpuasa.
Beliau mengatakan bahwa yang dibutuhkan sebagai bekal selama puasa Ramadhan adalah makanan yang mengandung prebiotik dan probiotik. Probiotik adalah semua makanan yang difermentasi, contohnya tempe. Tempe berisi protein yang menyehatkan tubuh, namun protein bisa rusak dan tidak berfungsi jika ia dipanaskan. Maka jika kita ingin makan tempe, makanlah tanpa digoreng. Karena pada dasarnya tempe yang kita anggap mentah itu telah melalui proses perebusan. Jadi tempe itu sudah matang tanpa kita goreng lagi.
Di dalam tempe ada bakteri yang jika masuk ke dalam tubuh seseorang, ia akan memperbaiki usus dan lambung. Agar bakteri bisa berkembang dan berfungsi dengan baik, maka ia membutuhkan makanan yang mengandung prebiotik seperti kurma dan madu. Kurma atau ruthab adalah salah satu yang menjadi konsumsi Rasulullah saat berbuka.
Kurma mengandung beragam vitamin dan mineral yang diperlukan untuk mengoptimalkan kesehatan tubuh. Seperti vitamin B dalam kurma bermanfaat dalam membantu proses pencernaan makanan sekaligus pembentukan sel darah baru. Tidak hanya itu, vitamin A dan vitamin K yang terkandung dalam kurma juga dipercaya dapat menjaga kesehatan tubuh selama kita berpuasa.
Khasiat madu juga telah dikaji oleh ilmuan muslim Ibnu Sina, seorang pakar dalam bidang kedokteran. Menurutnya, madu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti gangguan lambung, diare, diabetes, dan anemia. Madu juga kaya akan antioksidan, vitamin dan mineral yang dapat menutrisi tubuh serta meningkatkan sistem imun. Madu merupakan salah satu jenis minuman yang terdapat dalam Al-Qur’an. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl: 69
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 69)
Dengan minum madu, berarti kita telah melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Dengan mengonsumsi kurma, maka kita telah mengikuti sunnah Rasulullah. Kesimpulannya untuk tetap menjaga tubuh agar tetap fit saat berpuasa, kita memakan makanan yang mengandung prebiotik dan probiotik seperti tempe, madu, dan kurma. Jika hal itu kita lakukan, maka kita telah membiasakan hidup sehat sesuai syari’at.