Di sebuah perkampungan kecil yang dipenuhi dengan kedamaian, tinggallah keluarga bahagia di sana meski hidup sederhana dan pas pasan. Namun, kedamaian itu hancur ketika kampung itu diguncang oleh fitnah keji yang menghantam keluarga itu.
Tanpa bukti yang kuat, mulut busuk penyebar fitnah telah menghancurkan reputasi dan kehormatan sang kepala keluarga. Dia menjadi terisolasi, diselimuti oleh kegelapan dan kesepian yang dalam.
Setiap detik, waktu kepala keluarga ini diwarnai oleh tekanan dan kesedihan yang tak tertahankan. Meskipun ia bersumpah untuk membela kebenaran, namun bayang-bayang fitnah itu terus menghantui, memudarkan sinar harapnya.
Fitnah keji yang telah tersebar itu semakin merembet hingga membuat sang kepala kampung harus turun tangan. Rapat akhirnya digelar. Sang kepala keluarga disidang ramai ramai. Warga kampung pun makin kasak kusuk.
Keputusan akhirnya diambil. Dengan arahan dari para petinggi dan pemangku adat setempat, keluarga ini pun diminta harus meninggalkan tempat itu agar tidak menimbulkan citra buruk terhadap kampung.
Apalagi, semakin ramai omongan orang bahwa keluarga ini telah mencoreng nama baik kampung. Meski berbagai penjelasan telah diberikan, fitnah itu sudah terlanjur meluas. Bahkan kesiapan keluarga untuk membuktikan bersama berbagai tudingan itu tak pernah diindahkan.
Tak menunggu lama, keluarga ini pun dengan berat hati memilih pergi. Tidak ada pilihan lain, keputusan petinggi kampung sudah bulat. Kendati berbagai fitanah keji yang dialamatkan padanya tak pernah terbukti sampai ia meninggal dunia.
Mengerikannya Fitnah
Demikianlah gambaran tentang betapa mengerikan yang namanya fitnah. Meski hanya satu orang yang diserang fitnah, tetapi bisa berdampak pada semua anggota keluarga. Karena alasan itulah, Islam amat melarang perilaku memfitnah.
Saking bahayanya fitnah, Allah Ta’ala sampai memperingatkan bahwa fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, sebagaimana potongan makna dalam Al Qur’an surah Al-Baqarah ayat 191.
Kenapa demikian? Karena fitnah tidak saja membunuh karakter satu orang, tetapi akan “membunuh” semua anggota keluarganya dengan berbagai sematan keji yang menyakitkan dan melekat selamanya. Itulah kenapa fitnah lebih kejam daripada pembunuhan.
وَٱلْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ ٱلْقَتْلِ ۚ
Kata “Wal-fitnatu asyaddu minal-qatl“, maksudnya ujian yang menjadi sumber fitnah manusia seperti terusir dari tanah air lebih berat dibandingkan dengan pembunuhan, sebab langgengnya rasa payah dan menetapnya rasa sakit karenanya.” (Nawawi Al-Bantani, Marah Labid, juz I, halaman 45)
Fitnah sangat berbahaya karena dapat menghancurkan reputasi, kehormatan, dan kehidupan seseorang tanpa alasan yang jelas atau bukti yang kuat. Dampak fitnah yang timbul juga bisa sangat merusak baik secara emosional maupun sosial, bahkan bisa berujung pada konsekuensi hukum yang serius.
Dalam Islam, fitnah diletakkan sebagai perbuatan yang sangat tercela karena bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan, kebenaran, dan kasih sayang. Allah SWT telah melarang keras umat-Nya untuk menyebarkan fitnah dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasulullah SAW.
Hal ini karena fitnah tidak hanya merusak hubungan antarindividu, tetapi juga mengganggu ketertiban sosial dan moral dalam masyarakat. Menebarkan fitnah merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan kedamaian yang dianut dalam ajaran Islam.
Ibrah Kehidupan
Sekelumit cerita awal di atas memberikan pelajaran penting bagi kita dalam mengarungi kehidupan bahwa fitnah merupakan perkara yang tidak sederhana namun masih sering dianggap enteng. Padahal, efeknya amat luar biasa.
Dengan memahami perkara ini, diharapkan bisa menjadikan kita khususnya para muslimah untuk lebih berhati hati dengan perkara fitnah. Allah Ta’ala pun sudah mewanti wanti kita untuk tidak menyemburkan fitnah pada orang lain.
Statemen tersebut pasti benar. Sebab, ayat al Qur’an tidak ada sedikitpun keraguan di dalamnya. Hanya saja tidak semua orang mampu menghayatinya. Tak jarang yang menyemburkan fitnah tak sadar sedang memfitnah, sementara ada pihak yang lain yang sedang jatuh dan terluka karena fitnahnya. Oleh karena itu, disinilah pentingnya mawas diri.
Ada pesan mendalam dari peribahasa lampau bahwa orang yang dibunuh menangggung beban berat, akan tetapi jauh berat lagi adalah tatkala merasakan sedang difitnah.
إِنَّ ٱلَّذِينَ فَتَنُوا۟ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا۟ فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ ٱلْحَرِيقِ
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan fitnah kepada orang-orang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam, dan bagi mereka azab neraka yang membakar.” (QS. Al-Buruj: 10)
Demikianlah hikmah singkat seputar perbuatan fitnah. Di mata manusia dosa memfitnah mungkin tak termaafkan karena menyebabkan sakit yang perih, pengucilan, pembunuhan, pengusiran, dan lain sebagainya. Namun Allah Ta’ala selalu membentangkan keluasan maafnya bagi siapapun yang mau memohon ampun. */Fiqhi Ulyana (Kepala Kantor PP Mushida)