Selamat Jalan, Guru

21 Mei 2024

Oleh : Admin Mushida

mushida
Selamat Jalan, Guru

“Ustadz Hasyim meninggal dunia.”

Demikian kabar yang membuat kami terdiam seketika. Kabar yang didapat dari WhatsApp itu disampaikan di tengah-tengah berjalannya kegiatan FGD yang dihadiri oleh Majelis Penasihat, Majelis Murabbiyah Pusat, dan Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah pada 21/05/2024 di Kantor PP Mushida, Cipinang, Jakarta. Suasana menjadi hening sesaat, rapat terjeda, masing-masing menundukkan kepala melafadzkan doa terbaik untuk almarhum. Salah satu Pendiri Hidayatullah telah berpulang.

***

Pagi itu, satu hari menjelang gelaran Silatnas Hidayatullah, Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah mengunjungi rumah Ummahat pembimbing di Pondok Pesantren Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan pada 22/11/2023.  

Pagi itu, suasana hangat melingkupi silaturahmi yang dilakukan dengan mengunjungi rumah pembimbing satu per satu dengan saling bertukar cerita, melepas kerinduan, dan menyerap spirit melalui wejangan yang diberikan para Ummahat Pembimbing.

Salah satu rumah yang kami kunjungi adalah rumah Ustadz Hasyim HS. Istri beliau, Ustadzah Rosmala Dewi menyambut kami dengan wajah bahagianya.

“Alhamdulillah, bahagia rasanya dikunjungi para kader. Semoga ukhuwah ini tetap terjaga,” ucapnya saat itu.

Dalam kesempatan itu pula, kami menjenguk dan bertemu langsung dengan Ustadz Hasyim.

Tak ada yang tak bisa membendung air mata ketika Ustadzah Rosmala mendorong kursi roda, mengantar sang suami ke ruang tamu, untuk bertemu dengan kami, muridnya yang ingin sekali menyerap energi dan semangat dari beliau.

Wajahnya terlihat menua, namun keinginannya untuk sembuh tak pernah luntur. Beberapa menit berlalu, beliau hanya duduk terdiam. Kami tau, banyak sekali yang ingin beliau ucapkan dan sampaikan, begitu pun besarnya energi yang ingin beliau tularkan, namun karena penyakit stroke yang sudah beberapa waktu dideritanya, semua kata-kata itu hanya tersimpan dalam hatinya. Yang ada hanyalah air mata yang berlinang dari pelupuk matanya, tak kuat menahan keharuan.

Kami menyeka air mata yang keluar, karena tak sanggup menahan kesedihan. “Kami mendoakan kesembuhan dan kesehatan untuk Ustadz, semoga Ustadz bisa kembali sehat seperti sedia kala. Doakan kami Ustadz, semoga kami dapat melanjutkan amanah di lembaga perjuangan ini.” Mendengar hal itu, beliau mengangguk, dan kembali meneteskan air mata.   

Mengenang sosok pejuang itu, terlintas memori bagaimana perjuangan beliau meninggalkan kampung halaman, meninggalkan semua kenyamanan demi ikut bersama sahabatnya Ustadz Abdullah Said untuk merintis dan membesarkan Hidayatullah.

Kini, beliau telah berpulang pada Sang Pencipta. Kembali kepada Tuhan dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Beliau adalah guru yang mengajarkan kesabaran. Beliau adalah pemimpin yang memberikan keteladanan. Beliau adalah pioneer yang menularkan semangat perjuangan. Beliau adalah orang tua yang mendidik dengan kasih sayang. Perjuangannya besar tak ternilai, warisan yang ditinggalkan begitu berharga. Selamat jalan guru. Semoga Allah menerima semua amal ibadahnya, mengampuni segala dosa-dosanya, dan memberikan tempat terbaik di sisi-Nya. */ars