Berbicara tentang hati, berarti membicarakan tentang bagian tubuh manusia yang paling penting dan utama, karena baik atau buruknya seluruh anggota badan manusia tergantung dari baik atau buruknya hati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Al-Bukhâri Muslim)
Dari hadits tersebut, hikmah yang dapat diambil ialah:
1. Hati merupakan tempat tumbuh kembangnya iman kepada Allâh Azza wa Jalla yang merupakan landasan utama kebaikan dan kemuliaan hidup seorang hamba di dunia dan akhirat.
2. Mengusahakan perbaikan hati sama dengan mengusahakan perbaikan iman dan menyempurnakan pertumbuhannya. Rasulullah SAW bersabda: “Iman di dalam hati bisa (menjadi) usang (lapuk) sebagaimana pakaian yang bisa usang, maka mohonlah kepada Allah Azza wa Jalla untuk memperbaharui iman yang ada di dalam hatimu.” (HR. Al Hakim)
3. Allâh Azza wa Jalla menjadikan pada akal manusia (kecenderungan untuk menganggap) baik suatu kebenaran dan (menganggap) buruk segala yang bathil. Dan Allah menjadikan di hati manusia rasa cinta kepada kebenaran dan selalu mengutamakannya. Inilah hakikat fitrah Allah yang harus kita usahakan agar tetap suci dan selalu dalam kebenaran.
Hal ini selaras dengan firman Allah,
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allâh); (tetaplah atas) fitrah Allâh yang telah menciptakan manusia di atas fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allâh. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)
Ya Allah, karuniakan ketakwaan pada jiwa kami. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau-lah yang menjaga serta melindunginya. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin. */Sudaryani, Ketua Departemen Dakwah PP Mushida