Mushida Ujung Tombak Transformasi Wawasan Keislaman

24 Oktober 2014

Oleh : admin

mushida

Kaum muslimah adalah ujung tombak penanaman wawasan keislaman atau tsaqofah Islamiyah (islamic worldview) kepada generasi muda, khususnya anak-anak. Untuk itu, setiap ibu muslimah harus terus belajar dan meng-upgrade diri agar dapat mengemban tugas mulia tersebut.

Demikian dikatakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Hidayatullah (PP Mushida), Reni Susilowaty, saat membuka secara resmi acara Training for Trainer (TFT) Pandu Hidayatullah khusus guru putri di lingkungan Pesantren Hidayatullah. Acara ini digelar oleh PP Mushida di Cilember, Bogor, dibuka pada Kamis (23/10/2014).

Reni menekankan, dalam agama Islam pendidikan dan pemahaman tentang wawasan keislaman merupakan kewajiban bagi setiap muslim, tidak terbatas hanya untuk wanita atau laki-laki.

Orangtua hendaknya harus menempatkan diri sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya. Namun, dalam hal ini, kata Reni, muslimah seyogyanya dapat menjadi guru terbaik bagi anak-anaknya seraya tetap merangkap sebagai manajer rumah tangga. Sebab ibu relatif memiliki lebih banyak waktu bersama anak ketimbang ayah yang memiliki kewajiban mencari nafkah di luar rumah.

Dia menegaskan, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi wanita untuk memperoleh pendidikan dan pengetahuan di berbagai bidang, tidak hanya terbatas pada ilmu agama, seperti shalat, puasa, zakat, haji. Hal itu dilakukan semata-mata untuk menjadi bekal untuk menjadi sosok yang lebih baik dalam aktivitas kewajiban sehari-hari di rumah tangga maupun di tempat kerja, seperti lingkungan sekolah.

Menurut Reni, pemahaman wawasan islamiyah sangat penting ditanamkan sejak dini kepada anak dan peserta didik agar mereka dapat mengejawantahnya kelak ketika dewasa. Diharapkan dari nilai-nilai dasar yang ditanamkan akan mengantar anak menjadi pribadi yang shaleh, berkaraker, dan bermoralitas agung.

Wawasan islamiyah atau dalam kajian studi Islam disebut Islamic Worldview, adalah pengetahuan atau wawasan keislaman yang dilandasi dengan akidah Islam. Maka dengan pemahaman tsaqafah islamiyah yang benar akan melahirkan kultur yang selalu bersandar pada ajaran dan aqidah Islam, baik itu tentang tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan.

“Untuk itulah perlunya tsaqofah Islamiyah ini dibangun sejak awal agar menjadi karakter sejak dini,” kata Reni.

Ketua Panitia acara TFT Pandu Hidayatullah Mushida, Sarah Zakiyah, mengatakan, acara ini di samping diajarkan bagaimana menanamkan tsaqofah islamiyah gerakan pengkaderan Hidayatullah, juga diajarkan keahlian yang bersifat jasadiyah khas Pandu Hidayatullah.

“Diharapkan peserta tidak hanya menyerap knowledge, tapi juga dapat membangun karakter mulia yang terlihat dari pribadi dan akhlak,” kata Sarah didampingi Neny Setiawaty selaku Ketua Departemen Annisa PP Mushida.

Acara ini dibuka resmi oleh Ketua PP Mushida, Reni Susilowaty M.Pd.I. Dia berharap peserta yang hadir dapat mentransfer apa yang didapat dari TFT ini kepada anak didik dengan maksimal.

Acara ini berlangsung dari tanggal 23 sampai 26 Oktober dengan jumlah peserta 55 orang yang berasal dari Aceh hingga Timika, Papua.*