Memilih untuk Berani, Menjadi Muslimat Sejati

10 Februari 2015

Oleh : admin

mushida

KEHIDUPAN dunia penuh pilihan. Tanpa pilihan perjalanan hidup ini akan terhenti. Ada satu kata yang terkadang menghambat langkah menuju satu pilihan. Satu kata itu adalah keberanian.

Kebenaran dan kebatilan sudah jelas, begitulah Allah Subhanahu Wata’ala kabarkan. Namun, manusia kala memilih jalan rusyd tak berani menerima semua konsekuensi yang ada di balik pilihan tersebut.

Mengapa? Karena manusia takut kehilangan kesenangan-kesenangan dunia yang telah didapatkannya.

Menjadi karyawan atau wirausahawan. Saat pilihan jatuh pada pilihan kedua, keberanian sering hilang, pada sandungan pertama tubuh tak mampu lagi berdiri. Bukan karena tak kuat, tapi keberanian untuk melanjutkan tiba-tiba hilang, akhirnya mundur lagi ke belakang menjadi karyawan.

Menjadi wanita karier atau ibu rumah tangga. Saat pilihan jatuh pada pilihan kedua, keberanian tiba-tiba sirna, katakutan akan kebosanan yang membelenggu, kocek yang akan berkurang, dan segala hal negatif membayang.

Memiliki sedikit anak atau banyak anak. Lagi-lagi manusia dihadapkan dengan satu kata ini, keberanian. Bayangan akan mahalnya pendidikan, sandang dan pangan menyebabkan nyali ciut untuk memiliki banyak anak.

Yaa… Inilah kehidupan dunia. Kehidupan yang diisi dengan pilihan. Pilihan yang harus dibarengi dengan keberanian. Tanpa satu kata ini, pilihan tak akan mencapai tujuan.

Tepatnya…

Keberanian menghadapi konsekuensi, akibat yang akan terjadi di belakang pilihan tersebut. Untuk masalah prinsip hidup beragama, Allah telah memilihkan satu agama kebenaran. Hanya satu yaitu Islam.

Untuk masalah duniawi, Rasulullah Muhammad-sholaatullahi wa salaamuhu alihi– telah memberikan kebebasan: “Kalian lebih paham dengan urusan dunia kalian” begitu kata beliau.*

_____________
SARAH ZAKIYAH, penulis adalah pengurus Pimpinan Pusat Muslimat Hidayatullah (PP Mushida). Catatan hikmah ini disadur dari status beliau di akun Facebook beliau.