Mushida Peserta Seminar Wanita Muslim Internasional

16 Februari 2015

Oleh : admin

mushida
Anggota Mushida berfoto bersama tokoh IMWU asal Palestina, Effat Al Sabari

Sejumlah Pengurus Annisa Hidayatullah, Pengurus Wilayah (PW) Jabodetabek Muslimat Hidayatullah, dan perwakilan Pengurus Daerah (PD) Muslimat Hidayatullah Depok, Jawa Barat, menjadi peserta seminar internasional wanita muslim yang diselenggarakan oleh International Muslim Women Union (IMWU), Sabtu lalu (14/02/2015) lalu.

Seminar internasional yang membahas isu-isu aktual kemuslimatan ini digelar di Kampus Universitas Islam Asy-Syafi’iyah, Pondok Gede, Bekasi. Acara ini berlangsung sekaligus rapat kerja para pemuka International Muslim Women Union (IMWU).

Suasana acara yang digelar di Universitas Asy Syafiiyah Pondok Gede Bekasi

Turut hadir, sejumlah perwakilan dari 20 negara anggota IMWU, para duta besar negara-negara sahabat, seperti Palestina, Sudan, serta Maroko.

Ada satu hal menarik simpati dari sejumlah sambutan acara ini. Yakni, ketika perwakilan dari Palestina maju berpidato di hadapan sekira 500 orang peserta. Effat Al Sabari, demikian nama tokoh muslimah Palestina itu, menyerukan persatuan untuk melawan penjajahan kaum Yahudi.

“Puluhan ribu perempuan, termasuk ibu-ibu, Palestina dipenjara oleh rezim terkutuk Zionis Yahudi. Saya serukan, umat muslim sedunia harus bersatu, membela kesucian Al Quds dari ekspansi Yahudi!,” kata Effat Al Sabari lantang.

Tampak Suad Al Fatih (memegang tas), salah satu pendiri IMWU, berfoto bersama peserta seminar

Selanjutnya, Al Sabari juga menyampaikan, bangsa Palestina mati-matian membebaskan diri dari kuasa Yahudi Israel. Itu dilakukan, ujar Al Sabari, ketika sesama bangsa Arab, dalam hal ini para pemimpinnya, cenderung diam dan mengabaikan. 

“Palestina mati-matian melindungi kesucian Al Quds di saat negara-negara Arab hanya diam,” seru Al Sabari.

Sementara itu, dalam sambutan setelahnya, salah satu pendiri IMWU, Suad al Fatih menyampaikan, seluruh umat Islam sedunia memberi dukungan penuh terhadap kemerdekaan Palestina.

Tokoh Muslimah asal Sudan ini juga mengajak untuk mencintai Palestina. “Kita semua cinta Palestina. Orang-orang Arab cinta Palestina,” ujar Suad al Fatih yang bersuara lantang dan tetap enerjik ini meski telah berusia 83 tahun ini.

Selain itu, Suad juga mengkritik cara Barat mainstream memandang Islam. Misalnya, antara lain, labelisasi terorisme pada upaya jihad umat Islam. Demikian pula, cara Barat memandang perempuan dalam kategori gender.

“Barat hanya diam bila umat Islam dibunuh terang-terangan. Jihad kita lantas dianggap sebagai upaya terorisme. Kategori gender membuat laki-laki dan perempuan hanya kategori tanpa nilai keadilan,” ujar Suad.

Sejumlah pemuka pengurus IMWU dari berbagai wilayah juga ikut berbicara seperti dari Amerika, Indonesia, dan juga hadiri oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saefuddin.

Menteri Agama dalam sambutannya sekaligus menutup acara ini mendukung kontribusi perempuan-perempuan dunia untuk membangun sebuah peradaban di masa akan datang.

Dengan Islam, Lukman yakin akan terciptanya sebuah negara yang baik. Tidak rusak sebagaimana yang diucapkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassallam.

“Keberadaan organisasi ini saya pandang sebagai kontribusi para wanita muslim untuk membangun peradaban masa depan. Sebagaimana yang diucapkan nabi bahwa wanita adalah tiang negara. Jika wanitanya baik, maka baiklah sebuah negara. Pun sebaliknya,” ucapnya.

Ia juga menyatakan, bahwa untuk kemajuan seorang wanita Muslim yang ikut turut membangun sebuah negara, mesti menjaga keseimbangan antara peran kodrati dalam rumah tangga, yaitu sebagai isteri dan ibu. Juga memperhatikan lingkungan sosial dengan turut membantu mencetak masyarakat-masyarakat yang berkualitas dengan nafas Islam.

“Wanita muslim tetaplah harus menjaga keseimbangan antara peran kodrati dalam keluarga. Dan juga peran sosial di masyarakat,” tambahnya. Sehingga dengan demikian menurutnya akan terwujud masyarakat yang berkeadaban sebagaimana yang diingini Islam.

Terakhir, menyikapi isu global terhadap kesetaraan gender, Lukman mengingati untuk organisasi yang dihadiri kurang lebih 20 negara ini agar jawaban dari isu ini untuk tetap mengedepankan ajaran-ajaran Islam. Bukan justeru mengikuti pemikiran Barat seperti saat ini.

“Memperjuangkan kesetaraan jender di setiap negara-negara tidak harus mencabut akar keislamannya. Dan untuk mengembangkannya, tidak perlu mencontoh Barat,” tutupnya.

Untuk itu, Lukman pun berharap dari pertemuan organisasi IMWU akan memunculkan gagasan dan keputusan yang tepat. Untuk bangsa dan dunia.

Ketua pelaksana Internasional Muslim Women Union, Prof.DR. Hj.Tutty Alawiya mengatakan rapat kerja organisasi wanita Islam internasional ini dilaksanakan di Kampus Universitas Islam Asy-Syafi’iyah, Pondok Gede, Bekasi selama tiga hari (14-16 Februari 2015) dengan dihadiri peserta dari 22 negara.* (sya/cha)