Kebersamaan dalam Keberkahan Sahur dan Berbuka

07 Juni 2016

Oleh : admin

mushida

SEBELAS bulan telah dilewati sebelum bulan penuh kemuliaan ini datang lagi. Ramadhan disediakan tidak hanya sebagai bulan untuk berkontemplasi.

Tidak jua sekedar menyendiri dari rutinitas harian yang melilit dan bukan pula semata sebagai ajang meraih pahala sebanyak yang dibisa, Ramadhan juga sebagai bulan kepedulian dan kebersamaan.

Rutinitas harian yang mengambil sebagian besar waktu penghuni rumah, terutama kepala keluarga yang memiliki tanggungjawab dalam menafkahi keluarga menjadikan kebersamaan dengan anggota keluarga berkurang.

Sekedar makan bersama dalam satu meja misalnya, jarang sekali terpenuhi. Padahal di meja makanlah komunikasi efektif antara penghuni rumah terjadi.

Banyak pembelajaran yang dapat diperoleh dari meja makan. Terutama bagi keluarga yang masih memiliki anak usia sekolah dasar. Pembelajaran adab dan tata cara di meja makan, percakapan hangat yang mengeratkan hubungan, hingga membangun kembali idealisme berkeluarga.

Kebersamaan di meja makan pada bulan suci Ramadhan dapat dilakukan pada dua waktu, yaitu saat berbuka dan saat sahur. Pada kedua waktu tersebut doa-doa yang dipanjatkan menuju ‘arsy tanpa penghalang. Sebagaimana sabda Rosulullah-shollahu ‘alaihi wa sallam

ثلاثة لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل ودعوة المظلوم

“Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang puasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Al-Tirmidzi)

Allah juga telah berfirman, menyebutkan ciri-ciri muttaqiin penghuni surga:

وبالأسحار هم يستغفرون

“Dan mereka memohon ampunan pada waktu sahur” (QS. Adz-Dzariyaat: 18)

Membangun Kehangatan
Kebiasaan sebagian besar muslimuun di Indonesia menjelang berbuka adalah ngabuburit, alias menghabiskan waktu untuk jalan-jalan ataupun mencari makanan untuk berbuka.

Di kala sahur, mereka berada di depan televisi menonton tayangan-tayangan minim manfaat.

Padahal, kedua waktu tersebut dapat digunakan untuk membangun kebersamaan dan kehangatan antar anggota keluarga, dengan banyak cara diantaranya misalnya: (1) Duduk melingkar di meja makan ataupun di lantai saja, (2) Kepala keluarga menstimulus anggota keluarga untuk menceritakan kembali  kejadian yang dialami dalam sehari, (3) Kepala keluarga menyimpulkan cerita dan mengambil hikmah, dan (4) Kepala keluarga memimpin do’a yang diamini semua anggota keluarga

Halaqoh keluarga yang diadakan sesaat sebelum berbuka atau sehabis sahur menjelang adzan shubuh berkumandang lebih banyak faedahnya daripada ngabuburit dan menonton TV. Waallahu a’lam

________
*) SARAH ZAKIYAH, penulis adalah pengurus Pimpinan Pusat Muslimat Hidayatullah (PP Mushida). Catatan ringan hikmah lainnya dari beliau dapat dibaca di link ini.