Matikan Televisi Sekarang Sebelum Anak Kita “Dimatikan” Olehnya!

20 September 2016

Oleh : admin

mushida

Oleh Ummu Khalif*

AISYAH mengeluh kepada Khansa, sahabatnya, tentang anak-anaknya yang sering bertengkar, terutama ketika sedang menonton tivi. Apalagi kalau bukan karena berebutan remote.

“Matikan saja tv-nya,” sahut Khansa mencoba memberi solusi.
“Sudah, akhirnya dimatikan kalau sudah bertengkar,” balas Aisyah.
“Maksud saya matikan tv-mu, selamanya,” Aisyah terdiam, ia sendiri ragu apakah bisa.

Televisi, untuk ukuran masyarakat modern adalah suatu barang yang wajib ada. Mungkin akan dipandang aneh jika tidak ada tivi di dalam rumah.

Sudah bukan berita baru lagi jika di layar kaca itu berisi acara-acara yang entah apa maksud dan tujuannya. Sudah banyak para ibu yang paham bahwa acara televisi kebanyakan tidak ada unsur edukasi.

Mari kita sebut diantaranya. Sinetron tema pacaran yang tak kunjung usai dengan ratusan episode, lawakan sadis yang sama sekali tak lucu, acara musik yang dipandu host berbaju minim dengan penonton bayaran yang kebanyakan anak muda.

Tapi, dengan adanya fenomena faktual tersebut, para ibu tetap tak cukup nyali untuk mengambil sikap.

Bukan hari ini kita tuai akibatnya. Tapi nanti, ketika seharusnya anak kita bisa menjadi tumpuan kepemimpinan bangsa ini. Barulah kita sadar.

Mari kita cek kerugian apa yang akan kita hadapi:

  • Anak-anak ‘dimatikan’ kreatifitasnya. Bencana terbesar bagi manusia adalah ketika kreatifitasnya mati. Tidak ada lagi semangat ikhtiar, berhenti bekerja otaknya, hidup bergantung kepada makhluk lain, bukan mengharap kepada Allah Tuhannya.
  • Anak-anak ‘dimatikan’ akhlaknya. Televisi banyak mencontohkan perilaku tak baik. Bisa kita lihat di acara lawak yang menyakiti personilnya sendiri. Lalu orang-orang tertawa. Sehingga hal demikian dianggap sesuatu yang lumrah. Biasa saja. Akibatnya banyak anak yang meniru, mengerjai temannya, mem-bully, tidak sopan kepada orang tua dan guru. Bukankah anak adalah peniru ulung?
  • Anak-anak ‘dimatikan’ dalam arti yang sesungguhnya. Berapa banyak kita lihat dan dengar, anak kecil meninggal karena temannya menirukan adegan berbahaya yang ia lihat di televisi. Masih ragu mematikan tivi?

Banyak orang tua masih enggan mematikan televisinya di rumah mereka. Padahal banyak sekali manfaat yang bisa diambil. Di antaranya adalah:

  • Anak lebih kreatif dan sehat. Aktifitas di luar rumah bagus bagi motorik kasar anak.
  • Anak lebih dekat dengan orang tuanya, saudaranya, lebih peka empatinya, yang nantinya akan berpengaruh terhadap kebijaksanaannya.
  • Anak punya banyak waktu untuk belajar atau mengeksplor lingkungannya. Alih-alih nonton acara yang tak jelas manfaatnya, akan lebih baik jika anak kita dampingi untuk belajar atau pergi ke toko buku, membaca berbagai macam buku akan menambah wawasan anak. Dalam hal ini akan berpengaruh kepada perkembangan kognitifnya.
  • Konsentrasi anak yang jarang nonton tv lebih lama daripada yang sering nonton tv.
  • Anak dapat memilih mana yang baik, mana yang buruk. 

Memulainya tentu tidak mudah. Minggu pertama bisa dimulai dengan mengurangi atau menjadwal jam menonton. Sepakati dengan anak, acara apa saja yang ingin dilihatnya.

Minggu-minggu selanjutnya, jam menonton semakin dikurangi, hanya Sabtu-Minggu misalnya. Sampai akhirnya, tidak ada yang protes ketika televisi dimatikan selama-lamanya.

Memang awalnya amat susah, tapi percayalah, pelan tapi pasti, anak-anak akan lebih menikmati kondisi tidak ada tv di rumah.

Tinggal kita sebagai orang tua yang harus istiqomah. Rasanya tidak berlebihan jika ada ungkapan yang mengatakan “Matikan TV-mu, sebelum anakmu ‘dimatikan’ TV”. Ambil remote, matikan TV, sekarang!

______
*) UMMU KHALIF, penulis adalah ibu rumah tangga di Dumai, tanpa tv selama 4 tahun. Aktif sebagai Pengurus Daerah Muslimat Hidayatullah Dumai.