Kiprah Mushida sebagai Ketua LGTKI di Towuti Luwu Timur

04 Oktober 2016

Oleh : admin

mushida

FOKUS garapan mushida dibidang pendidikan salah satunya adalah mengawal dan mengembangkan pendidikan PAUD yakni TK/RA.

Bukan karena kebetulan atau karena tidak ada pekerjaan yang lain, tetapi secara fitrawi, pendidikan PAUD bagi seorang wanita terutama yang telah menyandang gelar sebagai Ibu atau berstatus seorang Istri, keterlibatan di pendidikan PAUD sangat membantu untuk menggali potensi kepengasuhan seorang Ibu dalam memahami karakter anak didik.

Para Ibu akan sangat akrab dengan pekerjaan kepengasuhan terutama para ummahat di Mushida yang telah memiliki platform kepengasuhan seoarang Ibu yang berlandaskan pada Al Qur’an dan Sunnah dan wajib untuk didakwahkan.

Menyadari potensi fitrawi tersebut, Pengurus Daerah Muslimat Hidayatullah (PD Mushida) Luwu Timur yang telah mengelola pendidikan PAUD yakni TK dan TPA berupaya menghimpun diri melebur bersama-sama dengan TK/RA Islam lainnya dalam lembaga Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak Islam (IGTKI) se-Kecamatan Towuti.

Tidak tanggung-tanggung, Mushida bukan sekedar bergabung tetapi juga menjadi penggerak IGTKI melalui penunjukan Ibu Dra. Hj. Armawati Ibrahim sebagai Ketua IGTKI dari delapan sekolah TK/RA yang bergabung didalamnya antara lain; TK Ash Shiddiqiyah, TK Babul Jannah, TK Asy Syifa, TK Al Khaeriyyah, TK Al Kautsar, TK Karya Mufidah.

IGTKI yang dibentuk sejak tahun 2012/2013 sangat membantu para guru untuk mengembangkan sekolah masing-masing disamping sebagai wadah silaturrahim dan mempererat ukhuwah diantara para guru.

Amanah sebagai Ketua IGTKI dimanfaatkan oleh Ibu Arma dengan mengadakan kegiatan yang sarat dengan muatan pendidikan dan dakwah seperti ; manasik haji bagi siswa (i) TK/RA yang juga melibatkan TPA, Seminar Pendidikan dan Pelatihan Guru.

Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tahunnya dengan melibatkan semua TK/RA dan juga TPA se-Kecamatan Towuti.

Melalui kegiatan-kegiatan di IGTKI, mushida memperkenalkan diri dengan ke-khas-an ciri tarbiyah dan dakwahnya. Ide-ide tentang pendidikan Islam bagi anak usia dini diperkenalkan melalui kegiatan seminar-seminar yang juga melibatkan pemateri-pemateri dari tokoh-tokoh penggiat pendidikan dan dakwah di Mushida seperti Ibu Ida S. Widayanti, Ibu Irawati Istadi, dan Ibu Shabriati Azis.

Di tahun keempat ini IGTKI telah menggelar seminar pendidikan, manasik haji yang melibatkan siswa (i) TK/RA dan TPA dan juga pelatihan guru PAUD se Kecamatan Towuti yang melibatkan ketua PW Mushida Sul-Sel, Ibu Aqilah sebagai pemateri.

Pada pelatihan guru PAUD yang diadakan oleh IGTKI tanggal 27 Agustus 2016 di kampus Hidayatullah Soroako yang lalu, IGTKI menghadirkan Ibu Aqilah yang juga ketua PW Mushida Sulawesi Selatan yang membawakan materi Metode pengajaran di TK dan membahas tentang metode sentra sebagai salah satu metode dalam mengajar di TK/RA yang dapat diaplikasikan.

Metode ini telah lama disosialisasikan di TK dalam binaan Mushida sebagai salah satu metode yang efektif untuk mengelola kelas di TK/RA.

Para guru TK/RA yang tergabung dalam IGTKI sangat antusias mengikuti materi dan memberikan respon yang positif selama pelatihan berlangsung. Materi ini telah memberikan ilmu dan pengalaman baru pada guru-guru untuk dikembangkan disekolah masing-masing.

Tantangan-tantangan dakwah mengiringi kiprah Ibu Arma dalam menggerakkan IGKTI seperti persaingan dengan TK yang platformnya berbeda yang hampir seimbang didaerah tersebut.

Begitu juga dengan menghadapi karakter guru-guru dalam binaannya utamanya dalam membangun kultur Islami dan konsistensi dalam menampakkan budaya pergaulan dan sikap antar sesama guru dalam bingkai akhlaqul karimah.

Namun, baginya hidup ini memiliki irama yang kadang silih berganti harus kita lalui. Layaknya irama-irama lagu yang bagi para seniman mengelompokkannya dalam banyak ragam irama musik seperti jazz, pop, rock, dangdut, bahkan keroncong begitulah beliau menjalani kiprahnya yang baginya kadang tenang, lembut, namun juga terkadang berhadapan dengan situasi perjuangan yang keras dan berliku. Semua harus dilalui sebagai sebuah perjuangan untuk meraih janji syurga-Nya.

Bagi beliau, berdakwah tidak semudah membalik telapak tangan, Allah akan selalu menguji hambanya untuk memberikannya kekuatan-kekuatan. Melalui ujian-ujian dakwah maka kita akan selalu mendapatkan kualitas iman yang meningkat jika dapat melalui ujian-ujian tersebut.

Prinsip ini didapatkan beliau selama berjuang mulai awal di lembaga perjuangan Hidayatullah. Tempaan hidup yang digelutinya selama di lembaga sejak sebelum menikah hingga menikah dan sampai hari ini dilaluinya sebagai sebuah karunia Allah yang tidak ternilai harganya.

Pengalaman beliau menjadi pembina santri putri hingga pengasuh dan juga sebagai istri telah banyak memberikan ibrah untuk tidak berhenti dalam berjuang.

Kesan perjuangan ketika di berada di Gunung Tembak yaitu harus berjuang bangun sholat lail mulai jam 12 malam karena juga harus menyiapkan makanan sahur bagi ratusan santri waktu itu bersama-sama dengan pembina-pembina lainnya, bahkan setelah menikah pun masih bergelut dengan urusan dapur santri.

Bagi beliau, hidup ini perlu dinamis, tidak monoton, sehingga ketika harus ditugaskan ke suatu tempat, beliau enjoy-enjoy saja, dengan mengucapkan bismillah, beliau menjalankan amanah.

Saat ini, beliau kembali menjalankan amanah di Kampus Madya Masamba, bersama-sama dengan suami, Ustads Drs. H. Ahkam Sumadyana, MA. Kedua pasangan Murobbiyah ini ditugaskan sebagai Dewan Pembina di Masamba.

Keberadaan beliau juga telah menularkan semangat perjuangan yang luar biasa bagi para anggota mushida lainnya di Masamba.

Meskipun sesekali masih harus bolak-balik Masamba–Luwu Timur, tetapi beberapa kegiatan rutin di Kampus Madya Masamba telah dijalaninya beberapa bulan terakhir seperti; mendampingi halaqoh sebagai murobbiyah, mengajar di SD Integral yang baru dibuka, dan mendampingi pengurus Mushida Masamba dalam merealisasikan program-programnya. Intansurullaha Yansurukum. */Kiriman PD Muslimat Hidayatullah Luwu Timur