Momentum Ramadhan dan Penghormatan kepada Pemilik-Nya

19 Mei 2018

Oleh : admin

mushida

Oleh Reni Susilowati*

IQRA’ bismi Rabbikalladzii Khalaq, ayat pertama yang sudah kita pahami makna dan esensinya. Yakni perintah membaca apa yang telah diturunkan Allah SWT (Al Qur’an), menyelami yang diilhamkan kepada Rasulullah (Al Hadits) dan yang diciptakan (antara langit dan humi), serta apa yang diperjalankan (kejadian dan peristiwa). Semua hanya karena kebesaran Allah, keagungan dan karunia-Nya.

Membaca di sini adalah dengan indera baca fisik dan pembacaan dengan hati (metafisik) untuk mewujudkan hasil bacaan yang terus menerus, konsisten, berkesinambungan: Billah, Lillah dan Fillah.

“Ke mana pun kalian berpaling, di sanalah wajah Allah” (Q.S. Al Baqarah: 115).

Dari berbagai tafsir para ulama dapat disimpulkan, bahwa kemampuan kita memandang kekuasaan Allah harus senantiasa melahirkan sikap Wa Rabbukal Akram. Pengagungan akan kekuasaan Allah dalam sistem kesadaran ber-Tuhan bahwa dirinya adalah seorang hamba yang hina, lemah, bodoh.

Dengan ilmunya, Iqra bismi Rabbik melahirkan kesadaran iman wa rabbukkal akram. Jika sudah sampai tahapan Iqra wa rabbukal akram, akan semakin meningkatkan ilmu Tauhid dan imannya. Mereka memalingkan wajah dari segala sesuatu selain Allah. Bagi mereka kiamat telah nampak dan hadir.

“Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya” (Q.S. Al Hijr: 21).

Tidak ada apapun, kebaikan atau keburukan, melainkan khazanahnya telah ditentukan oleh Sang Maha Pemilik segala sesuatu. Bagaimana khazanah itu menjadi hikmah kehidupan, tergantung bagaimana kita memurojaahnya.

Hikmah tersebut ibarat air hujan. Ia turun sesuai maslahatannya, turun pada musimnya dan dengan ukuran yang sesuai, banyak atau sedikit. Namun dari sumbernya, air itu tidak terbatas. Hikmah itu tidak akan menghampiri jika kita tidak mencari dan berusaha menggalinya.

Lantas, bagaimana kita menelaah hikmah diperjalankannya Ramadhan untuk diri kita di tahun ini, bagaimana kita membaca hikmah Ramadhan dan merengkuhnya spiritnya?.

Motivasi dari para ulama, yang harus kita renungkan, seandainya para ahli kubur dihidupkan lagi, walaupun sesaat yang sekejap, mereka tidak akan mensia-siakan waktu Ramadhan, walaupun sekedipan mata, untuk menyempurnakan eksistensi Tuhan dan Pengagungan Rabb sebenar benar pengagungan yang menjadi hak-Nya dalam Dzatnya.

Bismillahirrahmanirrahiim, dengan nama Allah yang Memiliki sifat sifat yang sempurna dalam Ismun dan Af’alnya, dengan kesempurnaan nama dan perbuatnnya, kita mengagungkan Ramadhan ini karena keagungan bulan yg disempurnakan karena karuniaNya.

Kita melampaui Ramadhan ini dengan seluruh sifat dan pebuatan-Nya untuk menunjukkan Keagungan-Nya dalam diri kita, karena Keagungan dan Karunia-Nya untuk memuliakan hamba hambanya yang beriman, dilimpahkan barokah Ramadhan bagi yang berkenan memungutnya, mengumpulkannya dan menggenggamnya dengan erat, agar waktu tidak terlepas dengan sia-sia tanpa kemuliaan.

Mari kita mengumpulkan hikmah Ramadhan dengan menyempurnakan penghormatan kepada Pemilik-Nya. Kita sempurnakan penghormatan dengan menyempurnakan persangkaan baik kita kepada Rabb, dengan doa-doa yang kita dawamkan pada setiap tatapan mata ketika melihat, setiap desiran bunyi yang terdengar, setiap bersitan hati yang terpikir.

Kita sempurnakan persangkaan baik kita akan terkabulnya semua lantunan munajat pada setiap denyutan nadi yang berdetak. Yang lebih baik dari orang orang yang beriman adalah yang paling baik persangkaannya kepada Allah.

“Aku tergantung apa sangka hamba-Ku kepada-Ku.” Setiap hamba memiliki gambaran dan bayangan tentang diri-Ku. Dalam gambaran apa pun yang dibayangkan tentang-Ku, di situlah Aku ada. Aku takkan memedulikan hakikat di mana tidak ada Aku. Karena itu, bersihkanlah bayang bayangmu, wahai hamba-KU, sebab disitulah tempat tinggal-Ku. (Jalaludin rumi, ketika menjelaskaan tentang Aku tergantung apa sangka hamba-Ku). 

Hasil dari tatapan mata adalah Keagungan Rabb, pikiran dan mata hati kita mengagungkan-Nya, diiringi doa, agar diberi  petunjuk mampu mengagungkan-Nya dengan sebenar benar Pengagungan dan penghambaan.

Kita memohon diberi petunjuk kepada pengagungan yang dapat mengantarkan kita pada penghambaan yang sempurna, sehingga kita termasuk golongan yang dimampukan dalam memberi penghormatan yang sempurna dalam keagungan-Nya.

Setiap bunyi yang terdengar tertuju semata akan kekuasaan Allah, dengan bunyi yang sampai ke telinga kita, kita menyempurnakan pujian hanya untuk-Nya.

Kesempurnaan pujian untuk-Nya diiring doa doa agar kita diberi petunjuk untuk dikuasakan dalam memuji-Nya dalam Kemaha-Sucian-Nya, sehingga dengan pujian yang ikhlas untuk-Nya, kita diberi petunjuk untuk beristghfar dengan sebenar benar istighfar, sepanjang istighfar kita, sepanjang telinga kita mendengar.

Hasil dari bersitan hati yang terpikir hanyalah Kemuliaan Allah. Kemuliaan akan seluruh kesempurnaan ciptaan-Nya. Dalam kemuliaan-Nya yang selalu tertoreh di hati, kita iringi dengan doa agar diberi petunjuk dalam kesempurnaan mencintai-Nya, bermakrifat kepada-Nya, sehingga kesempurnaan keridhoan-Nya adalah kasih-sayang-Nya untuk diberikan kepada kita.

Kita insya Allah akan memetik barokah Ramadhan tahun ini dengan kesempurnaan prasangka baik kita pada Rabb, bahwa malam seribu bulan disiapkan untuk kita, mari kita gunakan mata untuk berdialog dengan hati supaya memahami. Kita gunakan telinga untuk bersenandung dalam dzikir orang orang yang kehausan makna hakiki.

Kita gunakan pikiran untuk memuaskan hasrat fitrah kita untuk ber-Tuhan, senantiasa memuliakanm dan membesarkan-Nya. Dalam Ramadhan ini, kemuliaan dan keberkahan disiapkan untuk kita semua yang berkenan memanfaatkan.

_______
*)RENY SUSILOWATI, penulis adalah Ketua Umum PP Muslimat Hidayatullah