Ketum PP Mushida: Sistematika Wahyu sebagai Pijakan Ketahanan Keluarga

29 Juli 2018

Oleh : admin

mushida

JAKARTA – Dalam rangka membangun ketahanan keluarga dalam rangka membangun peradaban bangsa, Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah (Mushida) Dra Reni Susilawati mengatakan Sistematika Wahyu yang merupakan manhaj dakwah Hidayatullah bisa menjadi solusinya.

“Sistematika Wahyu yang memuat lima surah Al Qur’an yang pertama kali turun merupakan pijakan sistemik yang menjadi paradigma  dasar membangun ketahanan keluarga untuk tegaknya peradaban,” kata Reni saat menjadi narasumber dalam acara Seminar Negeri Serumpun diselenggarakan PP  Muslimat Hidayatullah di Auditorium Lantai II Perpusnas, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Ahad (29/07/2018).

Reni menelisik, struktur filosofis manhaj Sistematika Wahyu, menurutnya merupakan sebuah metodologi pendidikan yang lebih berfokus kepada individu. Hal itu juga menurut Reni tergambar dalam sejarah perjalanan dakwah Rasulullah dimana ia mendidik para Sahabat pertama beliau melalui pendekatan individual yang kelak melahirkan sosok kader dakwah mumpuni seperti Zaid bin Haritsah atau Usamah bin Zaid.

Metode Sistematika Wahyu terdiri dari 5 surah yang turun pertama kali yakni Surat Al-Alaq 1-5, Surat Al–Qolam 1-7, Surat Al Muzammil 1-10, Surat Al Mudatsir 1-7, dan Surat Al Fatihah 1-7. Kelima surat tersebut kemudian dijadikan Hidayatullah sebagai metode pembinaan baik lingkup membangun ketahanan keluarga dan bangsa.

Menurut Reni, sebagaimana dalam metode Sistematika Wahyu, pilar ketahanan keluarga menuju peradaban bangsa harus dimulai dari tradisi ilmu atai membaca (iqra’) dalam rangka menemukan jatidiri kita sebagai makhluk, mengenal Allah SWT sebagai Al Khaliq dan alam semesta sebagai ladang amal kebaikan.

“Menuju peradaban mulia dalam keluarga, membangun peradaban ummat, mengokohkan perdaban Serumpun Malasyia dan Indonesia,” ujar Reni.

Dia melanjutkan. Seiring dengan tradisi keilmuan tersebut, internalisasi fitrah Tauhid terus ditanamkan, mendorong pengarusutamaan tegaknya adab dan syariat, tekun beribadah dengan budaya murajaah, menegakkan kebenaran dan menegakkan peradaban Islam dalam keluarga.

“Hidup adalah murajaah mengagungkan Rabb. murajaah tadabbur dalam doa bersama Al Qur’an. Siap memberi teladan lengkap perbekalan dan persyaratan menyeru menjajakan cahaya berukhuwwah menuju cinta,” katanya.

Pada kesempatan itu Reni juga mendapatkan kesempatan untuk memperkenalkan organasasi Muslimat Hidayatullah serta berharap kegiatan yang digelar seperti hari itu dapat semakin mengeratkan persaudaraan antar sesama khususnya dengan negeri serumpun Malaysia.

“Menuju peradaban mulia dalam keluarga, membangun peradaban ummat, mengokohkan perdaban serumpun Malasyia dan Indonesia,” pungkasnya.

Seminar ini menghadirkan pembicara Ketua Wanita Ikatan Muslimin Malaysia (ISMA), Dr Norsaleha Mohd Salleh dan Guru Besar  profesor di bidang ketahanan dan pemberdayaan keluarga Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia IPB Prof Dr Euis Sunarti.

DEVINA SETIAWAN | NASIONAL.NEWS