Bukan karena Nila Setitik Lantas Rusak Susu Sebelanga

20 Januari 2020

Oleh : admin

mushida
WAKTU masih sekolah dulu pasti pernah belajar pribahasa yang berbunyi, “Karena nila setitik rusak susu sebelanga”, yang artinya karena satu kesalahan maka seluruh kebaikan akan rusak karena kesalahan itu.
Bagi sebagian orang yang merenungi peribahasa tersebut, pasti akan mengatakan, apa sebegitu jahat hidup ini sehingga ketika kita salah sedikit saja, kebaikan-kebaikan kita akan hilang karena kesalahan kita? 
Banyak diantara kita mungkin yang menerima peribahasa ini, dan menjadikan sandaran dalam berinteraksi dengan sesama.
Saat ada teman, saudara, tetangga atau bahkan pasangan hidup kita yang berbuat kesalahan, kita akan ingat-ingat terus kesalahan dan melupakan kebaikan yang pernah dilakukannya. 
Atau kita benar-benar akan melupakan kebaikan orang lain yang pernah berbuat baik kepada kita, karena satu kesalahan yang dilakukannya. Bisa jadi juga kita menilai diri kita tidak layak lagi mendapat kemuliaan, karena dosa yang pernah kita lakukan. Itu kalau merujuk pada peribahasa di atas.
Bersyukurlah kita hidup dalam naungan islam dan sunnah Rasulullah. Kala itu Rasulullah pernah menasihati dua orang sahabatnya yaitu Abu Dzar Al Ghifari dan Muadz bin Jabbal, yang nasihat itu lebih layak kita jadikan sandaran sampai akhir zaman dari peribahasa terdahulu.
Hadis yang membuat kita tetap optimis, bahwa kita masih memungkinkan menjadi orang baik, kendati lalai dan alpa. Dan orang lain pun masih bisa terlepas dari keburukannya selama dia berbuat baik.
Dalam Arba’ain Nawawi disebutkan:
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ) رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ. وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ: حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, 
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” 
(HR. Tirmidzi, ia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian naskah disebutkan bahwa hadits ini hasan shahih) [HR. Tirmidzi, no. 1987 dan Ahmad, 5:153. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Allah yang Maha Penyayang sangat mengerti keadaan manusia yang diciptakannya. Manusia sangat jauh dari kesempurnaan. Manusia memiliki kekurangan, khilaf dan iman yang turun naik. “Pagiku ingat petangku alpa”, begitu kata sebuah syair nasyid. 
Allah selalu memberikan kita kesempatan berbuat baik, selama hayat dikandung badan. Selalu ada jalan untuk kita memperbaiki diri, menutup semua keburukan dengan kebaikan.
Dalam timbangan amal kita kelak, tidak ada istilah karena nila setitik rusak susu sebelanga. Yang ada adalah  “Dan barangsiapa yang berat timbangan amalnya, maka dia dalam kehidupan yang diridhoi, dan barangsiapa yang ringan timbangan amalnya maka tempatnya di neraka hawiyah” (Alqori’ah)
Hari ini Allah masih memberikan kesempatan kita untuk berbuat kebaikan yang banyak, agar keburukan kita di masa lalu dapat tergantikan dengan kebaikan. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada selagi kesempatan berbuat baik ada dalam genggaman tangan kita. Wallahu a’lam bishowab
ANIK CHAERANI/ Anggota Depertemen Pendidikan PP Muslimat Hidayatullah