Sederhana Dalam Berbuka

16 April 2021

Oleh : Arsyis Musyahadah

mushida
Sederhana Dalam Berbuka

Beli es buah, bakso, gorengan, somay, cilok, dan fried chicken. Mungkin itu adalah sederet keinginan ketika kita ditempa rasa haus dan rasa lapar yang sangat, waktu siang hari pada bulan Ramadhan. “Aku nanti mau makan ini, aku mau minum itu, aku mau beli ini itu,” kata-kata itu menjadi rencana dalam benak seseorang ketika dia sedang berpuasa. Biasanya anak-anak kecil yang belum kuat berpuasa sehari mengutarakan keinginannya untuk makan ini dan itu untuk berbuka nanti. Tapi tidak jarang orang dewasa juga mengendapkan keinginan tersebut dalam hatinya pada siang hari.

Akhirnya pada waktu sore, pergilah berburu takjil di pinggir jalan. Semua jenis makanan dia borong, segala jenis minuman dia beli. Puas telah memborong makanan, dia pun pulang kembali ke rumah. Apa yang terjadi ketika waktu berbuka? Hanya satu porsi somay dan seseruput es buah yang berhasil dia makan dari semua makanan yang dibeli. Karena kekenyangan, makanan itu tidak ada yang makan. Mungkin kejadian ini kerap terjadi di antara kita.

Keinginan untuk membeli ini itu sebenarnya adalah godaan hawa nafsu semata. Atau kadang orang menyebutnya dengan lapar mata. Perut kita tidak akan sanggup menampung makanan yang banyak setelah kurang lebih 13 jam berpuasa. Lalu bagaimana seharusnya adab berbuka puasa sesuai dengan tuntunan sunnah Nabi? Bolehkah kita berlebih-lebihan dalam berbuka?

Tiga amalan dalam berbuka di antaranya adalah berdoa sebelum berbuka, menyegerakan waktu berbuka, dan berbuka dengan kurma. Sambil menunggu waktu berbuka, maka alangkah baiknya kita memohon doa terbaik kepada Allah. Allah akan mengabulkan doa orang yang berpuasa. Untuk itu jangan sia-siakan kesempatan ini. Diriwayatkan dari Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda, “Tiga orang yang doanya tidak tertolak; orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang terzalimi.” (H.R Tirmidzi)

Jika adzan Maghrib telah berkumandang, maka jangan menundanya dan segerakan waktu untuk berbuka. Rasulullah bersabda, “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama ia menyegerakan berbuka.” (H.R Bukhari Muslim)

Menyebut nama Allah dan membaca doa saat berbuka.

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ

Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.” (HR. Abu Dawud)

Rasulullah adalah teladan yang patut dicontoh dalam berbuka puasa. Beliau tidak pernah membiarkan perutnya kekenyangan. Beliau selalu makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Demikian halnya ketika berbuka puasa. Kurma dan air putih adalah makanan yang beliau konsumsi saat berbuka.

Dari Anas bin Malik, ia berkata Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab (kurma basah), jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air“ (H.R Abu Dawud)

Imam Ibnu Qayim Al-Jauziyyah memberikan penjelasan tentang hadits di atas, beliau berpendapat bahwa cara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbuka puasa dengan kurma atau air, mengandung hikmah yang sangat mendalam. Karena saat berpuasa lambung kosong dari makanan apapun. Sehingga tidak ada sesuatu yang amat sesuai dengan liver atau hati yang dapat disuplai langsung ke seluruh organ tubuh serta langsung menjadi energi, selain kurma dan air. 

Menurut beberapa sumber, karbohidrat yang ada dalam kurma lebih mudah sampai ke lambung dan lebih cocok dengan kondisi organ tersebut. Terutama kurma masak yang masih segar. Lambung akan lebih mudah menerimanya sehingga amat berguna bagi organ ini, sekaligus juga dapat langsung diproses menjadi energi. 

Seorang muslim yang baik adalah yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dengan mengikuti hadits Nabi, maka hal tersebut akan menjadi bukti cinta kita kepada beliau. Rasulullah tidak pernah bermewah-mewah dalam berbuka, maka kita juga harus mengikutinya dengan selalu sederhana dalam berbuka. 

Kurma dan air putih adalah makanan yang utama untuk mengawali buka puasa. Selain mengamalkan sunnah Rasul, hikmahnya juga sangat baik untuk kesehatan dalam tubuh kita. Sederhana dalam berbuka juga akan menghindarkan kita dari sifat tabdzir atau mubazir. Sikap yang berlebih-lebihan ini adalah perbuatan syaitan yang dibenci oleh Allah. Wallahu a’lam. */Arsyis Musyahadah