Ustadz Asih Subagyo dalam Kenangan
Satu bulan yang lalu, 16 November 2024, kami bersama beberapa Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah menjenguk di beliau di salah satu ruang Wisma Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang, Jakarta, saat acara Leadership Training Muslimat Hidayatullah. Sambil berbaring di atas tempat tidur, suaranya terdengar bersemangat menceritakan proses perjalanan beliau saat berobat ke Malaysia. Beliau menceritakan mendapat banyak kemudahan dalam proses pengobatan ke negeri Jiran dan sampai kembali ke Indonesia. Salah satu pesannya, “Lakukanlah kebaikan yang banyak, Allah pasti akan membalas kebaikan yang kita lakukan.”
Banyak sekali kebaikan dan amal yang beliau tanam. Itulah yang menjadi salah satu asbab Allah menganugerahkan kemudahan selama proses pengobatannya. Kami yang mendengarkannya mengangguk-angguk takjub. Betapa Allah yang Maha Pemurah memberi rezeki-Nya melalui orang-orang saudara se-iman di Malaysia, yang baru beberapa kali ditemuinya. Tentulah mereka punya waktu yang begitu berkesan bersama Ustadz, sehingga tak berpikir dua kali untuk membantunya selama beberapa hari tinggal di Malaysia.
Malam itu, banyak penguatan dan petuah yang beliau sampaikan pada kami, banyak mimpi yang beliau utarakan untuk eksistensi Mushida, banyak harapan yang beliau titipkan pada Mushida. Tak ada yang menyangka, kalau petuah-petuah itu adalah petuah terakhir yang diberikannya.
Sampai waktu menunjukkan pukul 21.20 WIB, beliau masih semangat berbicara, padahal esok paginya beliau harus mengisi tausyiah ba’da subuh untuk peserta pelatihan Leadership Training Muslimat Hidayatullah dari seluruh Indonesia.
Berkali-berkali beliau berpesan agar selalu berpikir strategis, tidak berpikir monoton, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar organisasi bisa maju dan melesat dalam waktu dekat.
Fisiknya memang sudah tidak sempurna, tapi jiwa dan pikirannya selalu sehat. Penyakit yang dideritanya beberapa tahun terakhir tak menjadi halangan beliau untuk tetap menularkan energi positif kepada para kader. Terbukti, beliau aktif mengisi beberapa sesi materi pada acara-acara skala nasional Hidayatullah.
Sejak memilih tinggal di Wisma Gedung Dakwah Pusat Hidayatullah untuk memudahkan proses pengobatannya di RS Dharmais, para tamu dari berbagai kalangan tak berhenti mengunjungi ruangan beliau. Tua atau muda, senior atau junior, internal maupun eksternal, datang bergantian untuk bukan hanya sekadar menjenguk. Tapi juga menyempatkan waktu untuk berdiskusi, jajak pendapat, atau mengobrol ringan. Meski tubuhnya sakit, namun sungguh, beliau masih sangat menginspirasi orang lain, melalui tutur katanya, sikapnya yang ramah, dan ide-idenya yang tertuang dalam tulisan.
Beliau adalah sosok organisatoris yang pemikirannya selalu diharapkan. Beliau adalah motivator, yang motivasinya selalu dinanti. Beliau adalah sosok guru, yang petuahnya selalu ditunggu.
Kini, sang guru telah kembali kepada Pencipta. Tak ada lagi rasa sakit yang dideritanya. Pemikirannya akan direalisasikan oleh para penerusnya. Karyanya tak hilang dimakan usia. Kalimat-kalimat ini tak akan bisa menuliskan semua kebaikannya. Nasehatnya akan dirindukan oleh orang-orang di sekitarnya. Semoga amalnya diterima di sisi-Nya. */Arsyis Musyahadah