Pengurus Wilayah Muslimat Hidayatullah Provinsi Gorontalo menggelar acara malam bina iman dan takwa (mabit) dalam rangka menjalin silaturrahim antar muslimat guna mengeratkan ukhuwah Islamiyah, awal September ini.
Acara ini digelar dalam rangka untuk melakukan serangkaian revitalisasi dan konsolidasi guna memantapkan peran-perang kemuslimatan di Gorontalo. Apalagi waktunya dinilai tepat digelar di bulan Zulqa’dah yang berdekatan dengan momentumm ibadah haji umat Islam di Baitullah.
Dengan momentum tersebut diharapkan Mushida PW Gorontalo dapat menginternalisasi spirit-spirit haji yang kali pertama diprakarsai oleh ibunda Siti Hajar dan anaknya Ismail Alaihi salaam.
Ketua PW Muslimat Hidayatullah Gorontalo ummu Abdillah mengatakan jalinan silaturrahim penting sekali untuk selalu digalakkan. Tidak saja antar sesama anggota Mushida tetapi juga penting dilakukan secara aktif membangun hubungan baik dengan elemen kemuslimatan lainnya yang ada di wilayah tersebut.
Adapaun tentang tantangan ke depan, menurut Ummu Abdillah, Mushida harus terus membangun dan menajamkan spirit dakwah dan taklim yang telah menjadi mainstream gerakan Mushida, khususnya menyiapkan generasi muda yang brilian.
“Kita harus berusaha terus memunculkan sosok-sosok ibunda siti Hajar dan Ismail di tengah kemelut problema umat dewasa ini,” katanya.
Dia bertamsil, sejatinya saat ini kita berhadapan dengan tantangan besar untuk menundukkan diri kita terhadap ujian sebagimana cobaan yang dihadapi siti Hajar dan Ismail.
“Sejatinya kita hari ini memiliki banyak Ismail-Ismail lainnya seperti anak-anak kita, harta, popularitas, yang seharusnya rela kita korbankan demi kebaikan, sebagaimana dulu dicontohkan Nabi Ibrahim rela menyembelih Ismail yang kemudian berbuah keberkahan,” tukasnya.
Artinya, lanjut dia, mari kita mencetak figur-figur manusia seperti Ismail yang siap taat dan tunduk kepada Allah semata bahkan hingga siap disembelih jika itu memang perintah Allah. Serta mampu menjadi benteng yang kokoh terhadap keimanan kita kepada Tuhan.
Karena itu, kata dia, hendaknyalah harta dan dan berbagai hal yang berpotensi menjadi fitnah dunia dan akhirat, harus diarahkan semata di jalan Allah. Dengan demikian, kita akan menjadi muslimat yang sukses dunia akhirat.
“Mushida harus meneladani sejarah heroik keluarga Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam, untuk menjadi komunitas kecil yang penuh keberkahan dan kebahagiaan dunua akhirat,” pungkasnya. (has/kjs)