Gempuran Pornografi Dalam Perspektif Dari Kota Singa

01 Mei 2016

Oleh : admin

mushida

Puan Suriati Abdullah, tokoh muslimah dari Singapura menjadi salah satu pembicara di ajang Perwanis 2016 di Malaysia. Beliau berbicara panjang lebar mengenai kondisi pornografi di Singapura, dan bagaimana upaya membentengi keluarga muslim Singapura dari tantangan tersebut. Berikut adalah ulasan dari presentasi beliau.

Budaya pornografi atau ‘porn culture’ adalah budaya yang lumrah ditemui di Barat, termasuk Singapura. Dan masih banyak orang beranggapan bahwa ini bukanlah satu hal yang membahayakan.

Bahkan, industri pornografi telah menjadi sebuah industri besar yang gerkembang pesat di sana. Menurut Pornography Time Statistics, Amerika Serikat telah mendapatkan keuntungan 13,33 juta dollar dari industri ini, sementara Cina meraup keuntungan tertinggi di dunia, yaitu 27,4 juta dollar.

Pornhub, sebuah portal terbesar internet memberikan data bahwa di tahun 2014 telah terjadi 18,35 juta kunjungan ke laman web tersebut, dan 78,9 juta video telah ditonton oleh pengunjung. Sejumlah 23 % adalah pengunjung wanita. 45 % pengunjung melihat dari smartphone, sementara 44% menggunakan desktop dan selainnya adalah tablet.

Di Singapura, sebuah kajian yang dilakukan oleh Touch Community Singapore, menemukan bahwa dari 836 remaja yang diteliti, 50% di antara mereka telah melihat ataupun membaca sexually explicit materials, dengan usia termuda di antara mereka adalah 7 tahun.

Pornografi, tidak seharusnya dilihat sebagai a stand-alone issue atau isu yang berdiri sendiri. Karena ia masih berkaitan erat dengan berbagai isu lain yang saling mempengaruhi.

Di antara yang juga mempengaruhi isu pornografi antara lain adalah persoalan penggalakan internet (internet penetration), penggunaan handheld gadgets, penggunaan dan ledakan social media, sex trade, tahap toleransi terhadap pornografi (tolerance level), pendidikan sexual bagi umum, termasuk juga pendidikan cyberwellness, undang-undang Negara, juga aturan dalam keluarga,  nilai-nilai yang dianut keluarga dan tahap religousity atau keagamaan secara individu.

Bahaya pornografi yang paling utama adalah terjadinya kerusakan otak kepada para penikmat pornografi. Ini disebabkan karena penggunaan image-image porno sebagai rangsangan seksual menyebabkan bonding antara otak pelaku dengan gambaran-gambaran tersebut.

Bahan kimia feel-good dopamine, oxytocin atau vasopressin yang dikeluarkan oleh otak menjadi seperti superglue yang akan melekat kepada ‘pasangan virtual’ pengguna pornografi.

Selain mewaspadai kanak-kanak agar tidak terjangkiti pornografi, para muslimah pun harus mencegah agar para suami tidak terperosok ke dalam kebiasaan melihat pornografi ini. Karena, lanjut muslimah atraktif ini, “Lelaki yang menonton pornografi mempunyai sifat attentive dan lebih menunjukkan dominasi di dalam sebuah perhubungan tanpa boleh berkompromi dengan pasangannya. Mereka juga lebih cenderung melihat wanita sebagai objek dan mempunyai kecenderungan untuk animalify atau bertindak ganas terhadap wanita.”

Itu sebabnya, dalam makalahnya beliau menulis, bahwa istri yang menemukan suaminya terjangkit pornografi, sebaiknya melakukan:

  1. Tak perlu menyalahkan diri sendiri
  2. Jaga emosi dan berikan nasehat dengan baik
  3. Berkomunikasi dengan jelas, membicarakan sebab dan akibat dari perbuatan itu
  4. Berbagilah perasaan dan pendapat
  5. Cari penyelesaian terbaik dalam hubungan antara suami istri
  6. Mengusahakan bantuan dari luar seperti konseling dan nasehat pakar
  7. Berusaha dan berdoa.

_______
Ditulis oleh  ZIFORA MF (Penggiat Sekolah Parenting Rumah Cinta)