Fadhilah Aziz Qahhar Wakili Muslimat Hidayatullah dalam Konferensi Internasional Pemberdayaan Wanita Muslimah

17 Desember 2017

Oleh : admin

mushida

MALAYSIA – Fadhilah Asaadah binti Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar menjadi peserta International Muslimah Empowerment Conference (IMEC) 2018 yang diadakan di Hotel Bangi-Putrajaya, Malaysia. Fadhilah adalah wakil dari Indonesia yang dalam hal ini Muslimat Hidayatullah.

Konferensi internasional yang digelar pada Ahad (16/12/2017) lalu ini merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Wanita Ikatan Muslimin Malaysia (ISMA) untuk kedua kalinya.

Dengan membawa tema kewanitaan, acara ini membawa empat pembahasan utama yang disampaikan oleh narasumber dari latar belakang yang berbeda beda, seperti kedokteran, pakar mikrobiologi, pakar syariah dan ahli sejarah.

Pembahasan pertama yaitu diskusi panel oleh Sdri. Rasyidah Arshad dan Sdri. Nur Fatin Halilng yang berjudul From Kitchen to Courtroom. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan oleh Dr. Elmira Akhmetova tentang Women and Religion: Finding Place Next to God.

Setelah itu, dilanjutkan oleh narasumber DR Hazlin Chong dengan presentasi yang berjudul Women’s Rights: With or Without Feminism. Dan yang terakhir adalah presentasi dari Norhidayah Ismail yang berjudul Womanhood: Malaysian Muslimah’s Way.

“Dari konferensi ini, ada banyak sekali pelajaran penting yang dapat saya ambil,” kata Fadhilah dalam keterangannya kepada redaksi Mushida.org beberapa waktu lalu.

Fadhilah merangkum menjadi dua bagian pelajaran penting yang didapatkan dari konferensi internasional yang menghadirkan pembicara ahli dari berbagai negara di Asia Tenggara tersebut.

“Yaitu tentang kemuliaan peran muslimah dalam masyarakat dan tentang pergerakan feminisme sebagai situasi masyarakat pada saat ini,” jelas Fadhilah.

(Full Video, klik di sini)

Pertama, jelas Fadhilah, kemuliaan dan status seorang muslimah dalam menjalankan perannya di kehidupan masyarakat. Pembahasan topik ini diawali dengan menjelaskan pentingnya kita menggaris bawahi bahwa memang benar, dalam islam, wanita dianjurkan untuk menjadikan rumah, suami dan anak-anaknya sebagai prioritas utama.

Namun, menurut Fadhilah, pembahasan tentang hal itu seharusnya dibahas lebih dalam kepada apa saja hikmah di balik penugasan muslimah untuk fokus kepada tiga hal tersebut.

“Hanya dengan aturan ini, fondasi keluarga masyarakat muslim akan menjadi baik, menjadikan komunitas lebih baik, yang pada akhirnya dapat membangun negara yang jauh lebih baik,” jelas Fadhilah yang juga mahasiswi di International Islamic University Malaysia (IIUM) ini.

Kerap kali, kata Fadhilah, ketika kita membahas perbaikan umat, kita lebih sering membahas dengan pendekatan top-down, padahal pendekatan bottom-up juga perlu. Dan oleh karena itu, kita perlu memperkuat posisi dan peran wanita muslim dalam keluarganya.

Topik lain yang menjadi bahasan utama dalam konferensi ini adalah situasi terkini dari gerakan feminisme. Pembahasan ini menjadi sangat relevan dengan perkataan Umar Saidina Umar Al-Khattab R.A, yaitu: “Tidak akan mampu memahami dan menghayati Islam secara benar kecuali orang yang mengetahui kehidupan jahiliyah.”

Berangkat dari kutipan tersebut, pembicara pada persentasi kedua ini memaparkan secara terperinci tentang gerakan feminisme. Singkatnya, feminisme adalah salah satu penyebab utama melemahnya institusi keluarga pada masyarakat muslim.

Feminisme tersusun secara sistematis dan sangat terstruktur, juga bergerak dengan sangat progresif. Sebagai pihak yang kepentingannya akan terganggu oleh pergerakan feminisme, pembicara mengemukakan bahwa sudah sepatutnya umat Islam membuat perencanaan terstruktur dan sistematis untuk menghadapi gerakan ini.

“Dari kesimpulan ringkas di atas, muncul satu pertanyaan. Apa saja usaha yang telah dibuat umat islam untuk menghadapi faham feminisme ini. Karena melihat pergerakan mereka, sudah sepatutnya umat Islam merapatkan barisan, dan membuat perancangan sistematis,” kata Fadhilah yang juga alumni SD Integral Hidayatullah Depok ini.

Lalu, pertanyaan Fadhilah selanjutnya, jika konferensi yang diadakan Wanita ISMA ini adalah salah satu upaya untuk menghadapi faham feminisme, bagaimana dengan kita?

“Jadi, mari mulai dari diri kita sendiri,” pungkas putri pasangan tokoh Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar dan Sabriati Aziz ini. (MUSHIDA.ORG)