Gelar Silaturahim Daiyah, Muslimat Hidayatullah Anugerahkan Award 3T

23 November 2018

Oleh : admin

mushida

BALIKPAPAN – Terjun ke gelanggang dakwah berarti melebur diri untuk siap berkorban demi umat. Dibutuhkan kerjasama dan sinergi dari berbagai pihak untuk mewujudkan suksesnya pelayanan umat tersebut.

Sekurangnya, itulah kesamaan visi misi yang menyatukan para daiyah ketika berkumpul di acara “Silaturahim Daiyah 3T, Terpencil, Terluar, dan Terdalam” di Kel. Teritip Balikpapan Timur, baru-baru ini.

Acara yang dipelopori oleh Pengurus Pusat (PP) Muslimat Hidayatullah tersebut berlangsung semarak, diikuti lebih dari lima ratus orang daiyah yang datang dari seluruh penjuru Indonesia.

Selain reuni dan temu kangen, peserta silaturahim juga saling menguatkan dan merapikan barisan guna menghadapi tantangan dakwah yang dijalani.

“Alhamdulillah. Silaturahim ini menjadi pengobat rindu kami yang bertugas di pelosok daerah,” ucap Munawwarah, daiyah yang sudah 20 tahun lebih berdakwah di berbagai wilayah Sumatera.

Dijelaskan Hapseni, Ketua Departemen Dakwah PP Mushida, selain silaturahim, agenda ini diupayakan untuk menyusun program bersama sekaligus evaluasi agenda sebelumnya.

“Tentu ini bukan kumpul-kumpul biasa. Di dalamnya membicarakan dakwah dan persatuan di tengah umat serta peluang kerjasama dan sinergi dengan semua pihak,” paparnya singkat.

Di akhir acara, Panitia yang disebut Majelis Murabbiyah (MM) memberikan penghargaan (award) kepada enam daiyah yang dianggap menginspirasi dalam dakwahnya. Khususnya kategori 3T di atas. Yakni Terpencil, Terluar, dan Terdalam wilayahnya.

Mereka adalah Arfi (Jawa Timur), Nurlaila (Sulawesi Barat), Maryam (Sulawesi Selatan), Syarifah (Sulawesi Selatan), Nur Hidayah (Kalimantan Utara), dan Armiah (Kalimantan Timur).

“Alhamdulillah. Jujur saya merasa tidak pantas menerima award. Saya berdakwah karena ingin semua orang mengenal Allah dan bahagia dengan agamanya,” ungkap Arfi menerangkan motivasi dakwahnya.

Saat ini, Arfi membina dan menjadi penyuluh agama Islam untuk dua puluh dua majelis taklim di sela kesibukannya mengurus keluarga di rumah. Mulai dari pengajian di kalangan istri dosen hingga anak-anak jalanan di kawasan pemulung dan tempat pembuangan sampah di kota Surabaya.

Lain kisah dari Nurlaila, daiyah asal Mamuju, Sulawesi Barat. Jatuh dari motor dalam misi dakwah adalah hal biasa baginya

Selain faktor usia kendaraan yang menua, kondisi jalan yang licin dan terjal menjadi sarapan Nurlaila setiap waktu.

“Saya tidak punya alasan tidak mendatangi mereka. Semangat masyarakat menuntut ilmu begitu tinggi. Ini tanggung jawab saya,” pungkas Nurlaila tegar.

Tim Warta Mushida