Alumni STIS Hidayatullah Putri Gelar Reuni di Depok

26 Oktober 2019

Oleh : admin

mushida
DEPOK – Memanfaatkan waktu luang di sela rehat acara TOT Grand MBA yang diselenggarakan Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah Depok, puluhan peserta yang kebetulan alumni Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS) Hidayatullah Balikpapan menggelar reuni yang dipesertai perwakilan alumni angkatan pertama hingga angkatan ketiga belas di Kota Depok, Jawa Barat, Sabtu (26/11/2019) malam.
Reuni tersebut mengundang khusus KH Naspi Arsyad, Lc, yang juga salah satu perintis dan ketua pertama STIS Hidayatullah. Pada kesempatan tersebut Naspi menekankan pentingnya penguatan peran alumni. Hal itu sebagaimana juga telah diamanatkan oleh tujuan pencapaian pendidikan sebagaimana dalam muatan tri dharma perguruan tinggi.
Beliau mengingatkan, peran yang harus dilakukan alumni senafas dengan arah dan langkah yang telah dicanangkan oleh Hidayatullah sebagai al harokah al jihadiyah al islamiyah ‘ala minhajin nubuwah.
“Hidayatullah menitikberatkan gerakannya pada dakwah dan tarbiyah yang bertujuan untuk memajukan dan membangun peradapan Islam,” kata Naspi.
Berkaitan dengan tujuan besar tersebut, Naspi lantas menegaskan bahwa alumni jangan terjebak hanya sibuk menggeluti rutinas harian di amal usaha lembaga namun lupa melakukan dakwah fardhiyah keluar sebagaimana ikrar dalam Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH).
Lebih dari itu, kata beliau, anggota Hidayatullah juga harus aktif di dalam memediasi masyarakat agar ummat bisa merasakan kedahsyatan, keagungan dan kemulyaan Islam.
Beliau pun mengapresasi giat TOT Grand MBA Mushida ini yang menurut beliau merupakan ikhtiar sungguh-sungguh dilakukan Mushida dalam ranga melahirkan daiyah yang siap tandang ke gelanggang.
“Jika kita sebagai anggota, pengurus PD atau PW yang kita ketahui hanya sebatas kampus, pendidikan, pekerjaan dan amal usaha yang kita geluti saja tanpa tidak tahu sama sekali tentang dunia dakwah maka itu merupakan kemerosotan walau kita bilang profesional,” kata beliau.
Ia menyampaikan, kegiatan teknis dan rutinitas harian sering kali menghalangi perjalanan dakwah dan tarbiyah. Padahal mustinya amal usaha seharusnya sebagai pendukung dalam rangka memantapkan fokus utama kita di dakwah dan tarbiyah serta memberikan injeksi asupan spiritual, menggerakkan, membina, mengajak untuk meninggikan Allah SWT, meminimkan fitnah dan kemaksiatan.
“Jangan sampai kita mengambil peran sebagai penghalang, sebagai penghijab kemenangan dan kebesaran Islam. Jangan sampai spirit dakwah dan tarbiyah tumpul, terpapar dan lantas hilang karena aktivitas keseharian kita hanya memikirkan kemajuan amal usaha saja,” kata beliau mengingatkan.
Beliau mengatakan, Hidayatullah lahir dari mimpi besar dan pemikiran-pemikiran yang super. Karena itu, tegas beliau, jangan sampai kita sebagai anggota apalagi pengurus tidak punya idialisme tinggi Allah tujuan utama.
“Sebagai anggota Hidayatullah, jangan sampai kita hanya berfikir ecek ecek, sempit, inferior, dan hanya mementingkan perut dan keluarga,” imbuhnya.
Naspi berpesan untuk terus berupaya memperbaiki diri, meluruskan niat, memantapkan hati serta berusaha maksimal menginternalisasi nilai-nilai kelembagaan dan jatidiri Hidayatullah. 
“Kita mengaku hamba Allah, pendakwah, kader, tetapi kita tidak mengerjakan sesuatu untuk dakwah bahkan sering kali keyakinan kita terhadap Allah SWT sangat kurang. Kita kurang bersandar kepada Allah, kita kurang mengangkat tangan berdoa kepada-Nya,” pungkasnya.*/Ummu Abdullah, peserta  reuni dari Bandung