Tutup TOT Grand MBA, Ini Pesan UNA untuk Mushida

27 Oktober 2019

Oleh : admin

mushida
DEPOK – Anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah, Ustadz Naspi Arsyad (UNA) menutup secara resmi acara Training for Trainer (TOT) Gerakan Nasional Dakwah Mengajar dan Belajar Al Quran (Grand MBA) di Aula II Kampus Hidayatullah Depok, pada Ahad (27/11/2019) sore. 
UNA dalam sambutan menutup acara ini mengatakan kader kader dai Hidayatullah harus siap dikagetkan dengan tugas tugas keummatan. Dia mengatakan, hal-hal yang berat diemban harus diangkat dengan tangan-tangan yang tersambung erat dengan tali-tali Allah.
“Orang-orang beriman selalu bisa mengambil hikmah dari setiap apa dia jalani,” katanya. 
Selain itu, ia mendorong kepada anggota Mushida yang telah mengikuti TOT ini agar selalu memantapkan pengabdiannya untuk agama,  bangsa dan negeri kita tercinta. Termasuk di dalamnya adalah mendoakan pemimpin bangsa.  
“Salah satu hak pemimpin adalah didoakan oleh yang dipimpinnya. Jangan sampai kita yang apriori dengan pemimpin sehingga kita berat untuk mendoakan kebaikan untuknya,” kata UNA.
Dia menerangkan, di jalan dakwah akan banyak ditemui hal-hal yang mengagetkan kita. Karena itu, kalau belum terjadi bicarakan baik baik, tapi kalau sudah terjadi tinggal diambil hikmahnya.
Lebih jauh beliau mengimbuhkan, bahwa orang beriman ketika mendapatkan berita tidak serta merta reaktif dan responsif. Dia haruslah mempelajarinya baik-baik sebelum bertindak dan merespon kabar tersebut.
“Jangan sampai seperti mobil yang belum dinyalakan atau belum dipanaskan sudah berjalan. Percuma kita mengaku beriman, percuma kita mengaku berjuang kalau ternyata sikap apriori masih merasuki pikiran kita. Inilah yang menjadi penghalang dalam gerakan dakwah dan tarbiyah kita,” ujarnya. 
Menurut beliau, kalau sampai sikap apriori murobbiyah terhadap mutarobbiyah ini wujud maka sudah jelas jalan dakwah ini tidak selamat.
Salah satu konsep dakwah adalah sebagaimana dalam ungkapan kaidah Arab, ” “Al-Jaar qobla ad-Daar”, artinya memilih tetangga sebelum membeli rumah. Maksudnya, yang dekat-dekat itu lebih utama untuk diajak berislam sebelum yang jauh-jauh. 
“Masyarakat atau mutarobbi diajak berislam jangan hanya ditumpahi dengan berbagai macam teori, tapi juga difasilitasi dan diberi sarana ketika ia tidak mampu,” katanya.

Murobbi dan mutarobbi harus saling mendoakan tidak hanya dari salah satu pihak. “Doakan, jangan dahulukan apriorinya dulu. Jangan sampai tanpa doa inilah yang ternyata menjadi penghalang tembusnya hidayah”.
Agar jalan dakwah ini indah perkuatlah dengan doa. Jangan khawatir. Di jalan dakwah ini tidak ada ruginya. Kekurangan-kekurangan duniawi akan terganti.
“Senantiasalah berdamai dengan mutarobbiyah dengan menyebarkan salam dan murah senyum. Sapalah mereka dengan tulus. Dakwah itu membutuhkan ukhuwah yang kuat dan hanya orang berimanlah yang bisa membangun persaudaraan,” katanya. 
Menurut UNA, dakwah ini ibarat mata rantai. Dakwah itu tidak akan terbangun tanpa ada ukhuwah yang mana nantinya akan terbangun ta’aawanu alal birri wat taqwa. “Jadi kita ini terikat bukan karena secara struktural tapi karena adanya ukhuwah yg dibangun di atas keimanan,” bebernya.
Dia memungkaskan, dakwah dan tarbiyah berjalan dengan hebat dan dahsyat dengan doa dari kedua pihak. Dan doa ini, menurutnya, berangkat dengan tulus dari rasa saling mencintai dan menghormati serta menghargai.*/ RFM