Mushida Gunung Tembak Dipesan Giatkan Ekonomi Keummatan

21 Februari 2020

Oleh : admin

mushida
BALIKPAPAN – Siapa bilang perempuan Muslimah tidak berurusan dengan ekonomi umat? Sejarah mencatat, Khadijah Ra, istri Nabi adalah penopang ekonomi pertama Nabi dalam berdakwah adalah istrinya, Khadijah Radhiyallahu anha (Ra). 
Hal itu dikatakan Asih Subagyo, Dewan Penasihat Asosiasi Pengusaha Hidayatullah dalam silaturahim bersama Muslimat Hidayatullah (Mushida) Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, Jum’at (21/02/2020).
Menurut Asih, tantangan internal terbesar yang dihadapi umat Islam adalah meluruskan pandangan kaum Muslimin tentang ekonomi tersebut. Seringkali menurutnya, orang-orang kadung dianggap berpikir materialisme hanya karena selalu bercerita tentang materi dan ekonomi dalam sehari-harinya.
“Mengurus ekonomi tidak harus menjadikan kita berpikir materialisme. Itulah yang membedakan ekonomi Islam dan selainnya. Sebab ekonomi yang berbasis keumatan adalah bagian dari menegakkan perintah agama dan peradaban Islam.” Ucap Asih yang juga Ketua Bidang Perekonomian DPP Hidayatullah.
Selain sosialisasi perkembangan ekonomi Ormas Hidayatullah, Asih juga mengajak para ummahat (ibu-ibu) untuk berperan aktif membangun kesadaran ekonomi umat. Apalagi disebutnya, ibu-ibu sangat memungkinkan mengambil peran tersebut meski tak meninggalkan rumah sekalipun.
“Kecanggihan teknologi internet bisa memudahkan itu semua. Jadi praktik ekonomi sebenarnya bisa terjadi dimana-mana. Di dalam atau di luar rumah. Semua punya potensi ekonomi,” ucapnya. 
Tidak kalah pentingnya, lanjut Asih, terkait pendidikan ekonomi terhadap anak-anak di dalam keluarga. Seringkali menurutnya, antara teori dan praktik belum berjalan sebagaimana mestinya. “Kurikulum pendidikan kita masih kebanyakan bicara teori tapi nihil praktik ekonomi pada anak-anak,” jelasnya lagi. 
Sebagai contoh, Asih menjelaskan dengan perbandingan pendidikan ekonomi dan lainnya. “Saat belajar wudhu, anak-anak langsung diajari praktik wudhu. Belajar shalat, puasa, hingga haji, semua ada contoh dan praktik belajarnya. Tapi giliran belajar muamalah jual beli, tidak dibarengi dengan praktik sekaligus,” terangnya lebih jauh. 
Menurut Asih ini auto kritik kepada umat Islam, mengapa hari ini ekonomi umat tertinggal jauh dengan umat atau bangsa-bangsa lainnya. Sebab tidak diajarkan dan dicontohkan kepada anak-anak sejak dini. “Padahal Islam punya konsep secara universal. Termasuk bagaimana memajukan ekonomi dan memberdayakan umat Islam,” tutupnya. 
Kiriman Tim Jurnalistik STIS Putri