Bulan Ramadhan Ngapain Aja? Ustadzah Sabriati Ulas Keistimewaannya di Sini

09 Mei 2020

Oleh : admin

mushida

DEPOK – Seringkali kita merasa bulan Ramadhan begitu cepat berlalu. Padahal nyatanya masa sebulan atau setidaknya 29 hari adalah waktu yang relatif lama dan panjang. Nah, agar Ramadhan kita benar-benar berkualitas, maka sangat penting memanfaatkannya dengan baik. Agar waktu yang terasa singkat ini betul-betul berguna baik di dunia maupun di akhirat kelak. 

Namun, untuk memanfaatkannya secara maksimal, tidak ada salahnya untuk meresapi kembali keistimewaan bulan suci Ramadhan yang sungguh luar biasa. 
Dalam kesempatan Kajian Dhuha via TeamLink pada Sabtu pagi (16 Ramadhan 1441 H/ 09 Mei 2020 M) oleh narasumber Ustadzah Dr Hj Sabriati Aziz, M.Pd.I, yang diselenggarakan oleh DPD Muslimat Hidayatullah Depok, beliau menguraikan sejumlah keistimewaan Ramadhan yang tentu sayang untuk dilewatkan. 
“Bulan Ramadhan mempunyai nilai lebih dan keunggulan dari 11 bulan yang lain. Dengan berpuasa Ramadhan, kita berharap hal itu akan menjadi pelebur dosa yang pernah kita lakukan,” kata Ustadzah Sabriati. 
Beliau menerangkan, Allah menjadikan puasa pada bulan Ramadhan istimewa karena beberapa hal, di antaranya adalah puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam. Sebagaimana dalam hadits.
Rasulullah bersabda: 
“Islam dibangun di atas lima perkara. Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan”.
Keistimewaan lainnya, Puasa Ramadhan tidak ada tandingannya. Rasulullah bersabda, “Hendaknya engkau hijrah, karena ia ibadah yang tidak ada tandingannya, hendaknya engkau berpuasa karena puasa itu ibadah yang tidak ada tandingannya, hendaknya engkau bersujud karena tidaklah engkau sujud sekali melainkan Allah tinggikan derajatmu satu derajat dan menghapus satu dosamu” (HR. An-Nasa-i) 
Kemudian, Allah menyandarkan dirinya pada puasa yang dilakukan oleh hamba-Nya. sebagaimana firman Allah dalam hadits Qudsi yang berbunyi, “Semua amal manusia untuk dirinya sendiri. Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberinya pahala.” (H.R Bukhari).
“Aplikasi dari hadits ini adalah bagaimana kita bisa berlatih untuk bersikap jujur dan ikhlas. Dengan melakukan puasa maka kita berhubungan langsung dengan Allah, sebab Allah yang akan memberi pahalanya. Sehingga puasa ini dapat menjadikan kita selalu merasa diawasi dan dijaga oleh Allah Ta’ala,” ungkap Presidium Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) ini.
Bulan Ramadhan juga menjadi sangat spesial karena menggabungkan beberapa kesabaran diantaranya Allah memberi pahala dan balasan yang tiada batas kepada orang-orang yang bersabar sebagaimana dalam QS. Az-Zumar: 10.
“Untuk itu, orang yang berpuasa ia akan selalu bersikap sabar dan menjadikan sabar sebagai akhlaknya. Di antara kriteria kesabaran adalah, sabar dalam ketaatan kepada Allah dalam menjalankan perintah-Nya, sabar dalam menjauhi hal-hal yang dilarang Allah, dan sabar terhadap takdir yang Allah tentukan,” paparnya. 
Orang yang berpuasa, beliau melanjutkan, maka ia akan mudah mengendalikan hawa nafsunya. Dalam kitab Zaadul Ma’ad, Ibn Qayyim Al-Jauziyyah berkata “Puasa adalah menahan anggota tubuh dari melakukan maksiat, dan mengendalikan diri dari penghambaan hawa nafsu yang selama ini merampas kebahagiaan manusia.”
“Adapun orang yang berpuasa namun tidak mendapati dirinya berlaku sabar, berarti ia kurang ilmu dalam memahami kesabaran itu sendiri. Menghadiri majelis ilmu, mengikuti tarhib dan taujih adalah salah satu cara agar kita termotivasi untuk senantiasa bersikap sabar,” nukilnya. 
Selain itu, uasa akan memberikan syafa’at bagi pelakunya di yaumil qiyamah kelak sebagaimana sabda Rasulullah, “Puasa dan Al-Qur’an, keduanya akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” (HR. Ahmad)
Puasa juga akan menjadikan perisai atau pelindung seseorang dari api neraka. Sebagaimana seseroang yang berperang ia akan membutuhkan perisai untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. Rasulullah bersabda, ”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka” (H.R. Ahmad).
Ustadzah Sabriati memaparkan lebih lanjut, bahwasanya puasa akan menyebabkan seorang hamba masuk surga melalui pintu surga Ar-Rayan. Sebagaimana hadits Rasulullah, “Di surga ada delapan pintu, di antaranya ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan. Tidak ada yang bisa memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa” (HR. Bukhari)
Demikian pemaparan Ustadzah Dr Hj Sabriati Aziz, M.Pd.I dalam kesempatan Kajian Dhuha via TeamLink pada Sabtu pagi (16 Ramadhan 1441 H/ 09 Mei 2020 M) yang diikuti oleh ratusan peserta anggota kader Muslimat Hidayatullah Depok.