Menjadi Orangtua Yang Ideologis dengan Hikmah

28 November 2020

Oleh : admin

mushida

JAKARTA – Muslimat Hidayatullah mengadakan webinar yang bertema Kekuatan Figur Ayah dan Ibu Sebagai Pembentuk Kepribadian Seorang Anak, dalam rangka pra Musyawarah Nasional V Muslimat Hidayatullah pada Sabtu, 28 November 2020 yang berlangsung mulai pukul 15.50. 

Pemateri kedua, Ust Bachtiar Nasir, Lc., MM mengawali materinya dengan mengungkapkan istilah al-waalid atau al-abu dan al-waalidatu atau al-umm. Istilah tersebut, jika dilihat dengan kaca mata terminologi Al-Qur’an, lebih cocok diterjemahkan menjadi ayah ideologis dalam dunia pendidikan. 

Beliau menyebutkan surah Al-Ahzab ayat 40 yang berbunyi, Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Kata abaa (ayah) dalam ayat tersebut menurut Bachtiar Nasir merupakan diksi yang membedakan antara ayah biologis dan ideologis.

“Anak-anak membutuhkan orang tua biologis sekaligus orang tua ideologis,” cetus Direktur AQL Center tersebut dalam webinar yang juga disiarkan secara live streaming pada channel Youtube Hidayatullah ID.

Bachtiar Nasir mengungkapkan bahwa pepatah Arab berkata, ayah biologis membesarkan seseorang secara fisik. Sedangkan ayah ideologis membesarkan seseorang secara ruh dan ideologi. 

Ayah biologis menurutnya adalah membesarkan seseorang selama ia hidup di dunia. Sedangkan ayah ideologis mampu membuat seseorang hidup bahagia di surga. 

Meski keduanya penting bagi seorang ayah, namun Bachtiar mengakui bahwa hal tersebut tak mungkin diemban dalam diri seseorang secara bersamaan. Dikarenakan keterbatasan, kelemahan dalam keilmuan seseorang. 

Hal inilah yang melatarbelakangi besarnya peran guru dan pentingnya menitipkan seorang anak pada sebuah lembaga yang mampu membekalinya dengan ideologi yang lurus. 

Bukan tanpa alasan. Santri yang pernah mengenyam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor ini menceritakan pengalamannya bahwa 75% karakter dalam dirinya terbentuk selama tinggal di pesantren.

Dalam pemaparannya, Bachtiar menerangkan tentang hikmah. “Hikmah, adalah solusi agar seseorang mampu menjadi orang tua berkarakter dan menanamkan nilai serta karakter terhadap anak,” tutur penulis buku Masuk Surga Sekeluarga ini.

Dengan mengutip tulisan Dr. Muhammad Muhamad Badri pada buku berjudul Sentuhan Jiwa Untuk Anak Kita, Ketua GNPF MUI itu mengulas teori HUMAN TOUCH.

Dijelaskan dalam buku tersebut, sang penulis merumuskan tema pembahasannya menjadi 10 (topten) bab yang bila disingkat menjadi HUMAN TOUCH. HUMAN; H = Hear him; dengarkanlah ia, U = Understand his feelings; pahami perasaannya, M = Motivate his desire; beri semangat pada hasratnya, A = Aprreciate his efforts; berilah apreasiasi pada setiap usahanya, N = News him; penuhi otaknya dengan banyak informasi. 

TOUCH; T = Train him; didik dan kaderlah ia dalam hal aqidah, ibadah, akhlak, dan skillnya, O = Open his eyes; bukalah mata dan wawasanya, U = Understand his uniqueness; pahami keunikannya, C = Contact him; jalinlah hubungan dengannya ruhiyah maupun jasadiyah, H = Honour him; hargai dan muliakanlah ia.

“Sentuhlah anak dengan sentuhan manusiawi, bukan bendawi atau hewani,” simpul Bachtiar setelah mengulas pembahasan HUMAN TOUCH itu.

Dia menerangkan, ada rumus yang harus ditekankan dalam mendidik anak, menurut Pengurus Pusat MUI ini. “Sucikan jiwanya, sebelum orang tua mendidiknya. Pahamkan adab di dalam jiwanya, baru kemudian ajarkanlah ia tentang ilmu,” lanjutnya, hal itu akan menjadi benih di atas tanah yang akan tumbuh subur, yang kelak akan dinikmati buah manisnya.

Pemimpin Pesantren Ar-Rahman Qur’anic College ini memberi kata kunci agar menjadi orang tua yang sukses berdasarkan surah Luqman ayat 12. “Jika ingin menjadi inspiring father and mother, maka  jadilah orang yang memiliki hikmah,” tegasnya. 

Hikmah mengandung dua hal, yaitu ilmu dan amal. Al-Ilmu naafi’ wa amal sholih. Ilmu yang bermanfaat dan amal sholeh, akan menjadi teladan untuk anak-anak. Jadilah orang tua yang mampu bersyukur setelah memiliki hikmah. Bersyukur atas segala karunia dan anugerah buah hati yang dimiliki. 

Sebagai pamungkas, Bachtiar mengimbau kepada para peserta yang hadir bahwa demi memberi yang terbaik kepada anak, hadirkan sosok ideologis yang hidupnya selalu kembali kepada Allah.*/Arsyis Musyahadah