Motivasi dan Apresiasi sebagai Pembentuk Kepribadian Anak

28 November 2020

Oleh : admin

mushida

JAKARTA – “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”

Demikianlah disampaikan Dr. Nashirul Haq, Lc., M.A mengawali webinar yang bertajuk “Kekuatan Figur Ayah dan Ibu Sebagai Pembentuk Kepribadian Anak” dengan membaca surah Al-Baqarah ayat 133, Sabtu (28/11/2020).

Dengan dimoderatori oleh Muzakkir Asy’ari, M.Ed., webinar tersebut juga disiarkan melalui live streaming pada channel youtube Hidayatullah ID yang berlangsung mulai pukul 15.50 WIB. Dengan menghadirkan tiga pemateri, di antaranya Dr. Nashirul Haq, Lc., MA., Salim A. Fillah, Bachtiar Nasir, Lc., MM. 

Di hadapan ribuan audience yang mengikuti siaran streaming tersebut, Nashirul menjelaskan bahwa ayat 133 tersebut menegaskan bahwa kalimat yang diungkapkan oleh anak-anak Ya’aqub, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu.” Mereka menyebutkan dhamir mukhatab (ka) atau kamu dalam tata bahasa Arab sebagai kata ganti orang pertama. 

Ketua Umum DPP Hidaatullah ini menjelaskan, terdapat pesan tersirat di dalamnya bahwa figur serta sosok ayah, kepribadian, keyakinan, keimanan, akhlak dan ibadah sangat berpengaruh bagi putra putri mereka.

“Apa yang dilakukan oleh orang tua untuk anak-anaknya?” tanya Nashirul kemudian seraya mengundang perhatian audience. 

Lebih lanjut, Nashirul menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukan orang tua dalam mendidik anak. Yang petama, yaitu, mendoakan putra putri mereka sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam yang berdoa untuk anak cucunya agar menjadi orang yang baik dan mengabdikan diri kepada Allah subahanahu wa ta’ala.

“Anak yang tumbuh sholeh dan cerdas karena berkat doa orang tua. Banyak orang tua yang doanya tidak pernah putus, agar anaknya kelak menjadi penghafal Al-Qur’an,” tutur Anggota Dewan Pertimbangan MUI Pusat tersebut.

Kedua, orang tua wajib mentransfer value, mengajarkan tauhid, ilmu, ibadah, dan akhlak. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Kullu mauluduin yuuladu ‘ala al-fitroh,” Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah.

“Maka pesan pertama Luqman kepada putranya yaitu Laa tusyrik billah. Janganlah kamu menyekutukan Allah,” jelas Nashirul dalam rangka menanamkan keyakinan dan keimanan terhadap anak-anak. 

Yang tak kalah penting, lulusan doktor IIUM tersebut mengimbau bagi para ummahat, hendaknya menjadi sosok yang mandiri dalam mendik anak. Seperti ibunda Hajar yang harus tampil seorang diri mengasuh anaknya ketika ditinggal suaminya, Nabi Ibrahim. Meski di tengah padang pasir dan dalam keadaan yang serba terbatas, ibunda Hajar mampu mendidik dan menghidupi putranya dengan baik.  

“Ada satu studi yang menyebutkan bahwa intelligent seorang anak sangat dipengaruhi oleh keaktifan ayah dalam mendampinginya,” kata Dewan Pembina YPP Hidayatullah Pusat Balikpapan itu seraya mengungkap sebuah rahasia. Untuk itu, dia mengingatkan, orang tua dituntut aktif berkomunikasi agar menjadi idola bagi anak-anaknya. 

Nashirul mengatakan bahwa anak akan tumbuh menjadi sosok yang sholeh dan sholehah dari makanan dan rezeki yang halal. Begitupun sebaliknya. “Makanan yang haram akan merusak kesehatan, sikap, akhlak, dan hatinya. Dan yang paling buruk, doanya akan tertolak,” tukasnya.

Terakhir, Nashirul menyarankan bagi seluruh orang tua untuk selalu memberi pujian, memotivasi dan mengapresiasi anak-anak. Apresiasi tersebut akan menguatkan perilaku positifnya dan mengurangi perilaku negatifnya. */Arsyis Musyahadah