JAKARTA – Webinar series ketiga yang diadakan oleh Panitia Munas V Muslimat Hidayatullah menghadirkan seorang pakar pergerakan Muslimah dari Malaysia, yaitu Dr. Suriani Sudi.
Beliau yang menjabat sebagai Ketua Wanita ISMA Malaysia ini bersanding dengan Dr. (Cand.) Reny Susilowati, M.Pd.I (Ketua Umum PP Muslimat Hidayatullah) dalam seminar yang mengusung tema “Meneguhkan Integritas Muslimah Demi Tegaknya Peradaban Islam.”
Webinar yang diadakan pada Sabtu, 5 Desember 2020 tersebut dimoderatori oleh Ani Chaerani. Dalam pemaparannya, tokoh wanita asal negeri Jiran itu menjelaskan tentang tombak penegak peradaban umat, yang bisa dibagi menjadi dua aspek: rohani-spiritual, dan fisik. Dengan merujuk kepada praktik Rasulullah SAW ketika baru saja hijrah di Madinah, Dr. Suriani menekankan pentingnya pembentukan identitas melalui penanaman aqidah yang kuat serta penguatan ikatan ukhuwah sesama muslim.
Ketua Departemen al-Qur’an dan Sunnah International Islamic University College Selangor ini selanjutnya memaparkan empat faktor yang membedakan peradaban Islam dari peradaban barat. Pertama adalah tauhid, yang dapat membebaskan individu dari kesewenang-wenangan makhluk manapun di alam semesta. Kedua, tawazun (keseimbangan) dan sikap wasathiyah (pertengahan) dalam seluruh aspek kehidupan. Ketiga, pencetakan individu paripurna (insan kamil) dengan berlandaskan pada al-Qur’an. Yang terakhir adalah ajaran Islam, yang mengatur seluruh aspek kehidupan seperti aspek spiritual, moral, ekonomi, sosial, politik, dan hukum.
Dalam webinar yang juga disiarkan melalui kanal youtube Hidayatullah ID dan TV Pertiwi Malaysia ini, Ketua Wanita ISMA tersebut mengajak audience untuk menelisik sejarah, dengan menjelaskan mulai dari awal mula peradaban barat dan kedudukan perempuan pada masa itu. Hingga peradaban barat dalam masa modern dan peran perempuan di dalamnya.
Beliau juga menyinggung tentang dampak dari berbagai macam paham dan gaya hidup yang lahir dari peradaban barat.Terkhusus paham feminisme yang berhasil masuk ke dunia Islam melalui penjajahan, serangan pemikiran dan sistem pendidikan, sehingga mempengaruhi wanita Muslim yang lemah dalam hal agama. Beliau menyebut Al-Ittihad Al-Nisa’i Al-Misri (The Egyptian Feminist Union) sebagai contoh. “Mereka adalah orang Islam yang memperjuangkan feminisme, jadi sebenarnya mereka melahirkan orang Islam yang melawan Islam itu sendiri” tukasnya.
Penerima penghargaan Perkhidmatan Cemerlang KUIS 2009 dan 2018 tersebut menyebutkan setidaknya ada empat serangan yang mengancam integritas muslimah, yaitu tuntutan persamaan hak, tanggung jawab istri, kontes kecantikan, dan masalah hijab. Terakhir, beliau menekankan pentingnya wanita memastikan kesuksesan peran mereka di rumah, sebagai titik awal perjuangan mereka. “Nasib suatu bangsa bergantung bagaimana seorang ibu membentuk anak-anaknya” pungkas peneliti dalam bidang hadits, psikologi dan pemuda ini.
Untuk diketahui, Muslimat Hidayatullah akan menggelar Musyawarah Nasional V secara virtual. Acara berpusat di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Kota Depok, Jawa Barat. Dengan dihadiri 33 peserta sebagai perwakilan tiap Pengurus Wilayah (PW) Mushida yang ada di berbagai provinsi.
Perhelatan akbar lima tahunan itu akan digelar pada 26-27 Desember 2020 dengan mengusung tema “Meneguhkan Integritas Muslimah Demi Tegaknya Peradaban Islam.”*/Fadhilah AAA