Pesan Umi Lathifah: Menjadi Sebaik-baik Manusia Dengan Berdakwah

20 Desember 2020

Oleh : admin

mushida


BERDAKWAH
baginya adalah harga mati yang tak dapat ditawar. Hal tersebut dikatakan oleh seorang daiyah senior Hidayatullah, Umi Lathifah. Daiyah yang telah berkecimpung di dunia dakwah selama 25 tahun ini bercerita tentang perjalanan dakwahnya.

“Dari perjalanan dakwah tersebut, nyaris tidak ada pahitnya,” aku Umi Lathifah dalam menuturkan perannya sebagai da’iyah yang aktif mengajar majelis ta’lim di beberapa daerah di Kota Balikpapan.

Menjalani peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan dai’yah tentu bukan hal yang mudah. Satu sisi urusan keluarga harus diprioritaskan. Namun di sisi lain, urusan ummat juga tak mungkin diabaikan. 

Pernah suatu ketika, istri dari Ust. Anwari Hambali ini mengajar dari satu majelis taklim ke majelis taklim yang lain. Saat itu anak-anaknya masih kecil, sedangkan beliau dalam keadaan hamil. 

Perjalanan yang jauh ke tempat taklim, di tempuh sambil menggendong anaknya yang masih batita, menuntun anaknya yang berusia balita, dan merasakah beban yang tak ringan dari calon buah hati di dalam rahim. Hebatnya, beliau menjalani itu semua dengan sepenuh hati. Tak ada keluhan yang terbersit dalam hatinya.  Ajrun ghairu mamnun (pahala yang mengalir) bagi Umi Lathifah adalah motivasi untuk tetap istiqomah dalam berdakwah.

Meski memiliki tugas di luar, namun seorang ibu rumah tangga juga harus mengutamakan urusan keluarga. Untuk itu, dukungan suami dan keluarga tentu sangat dibutuhkan dalam amanah dakwah. Selain itu perlu adanya pemahaman dan persamaan perspektif dalam keluarga agar amanah sebagai da’iyah dapat berjalan lancar.

“Saling mendukung dan saling menopang antara suami istri,” ujar Umi Lathifah. Beliau pun menuturkan bahwa seringkali sang suami membantunya dalam mengurus pekerjaan rumah tangga.

Dengan segala tantangan dan hambatan yang ada, da’iyah yang berdomisili di Gunung Tembak Balikpapan ini berusaha akan selalu bertahan di jalan dakwah. Beliau meyakini bahwa jalan dakwah yang ia tempuh ialah panggilan hati sebagai bekal untuk kehidupan akhirat. 

Sebagaimana hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.” Untuk itu, Umi Lathifah berharap bahwa dengan manfaat yang disebarkan melalui ta’lim dan dakwah yang diserukan, ia akan menjadi sebaik-baik manusia sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah.

Untuk diketahui, Muslimat Hidayatullah akan menggelar Musyawarah Nasional V secara virtual. Acara berpusat di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Kota Depok, Jawa Barat. Dengan dihadiri 33 peserta sebagai perwakilan tiap Pengurus Wilayah (PW) Mushida yang ada di berbagai provinsi.

Dengan Munas V Mushida tersebut, Umi Lathifah berharap hal ini menjadi ajang silaturahim antar sesama anggota maupun pengurus Mushida.

“Kalau memungkinkan dibentuk persaudaraan. Misal, antar anggota daerah Mushida Surabaya dipersaudarakan dengan anggota Mushida Bandung, anggota Mushida Balikpapan dengan anggota Mushida Aceh, dan seterusnya,” tuturnya. Terjalinnya persaudaraan ini, menurutnya, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah yang mempersaudarakan kaum Anshar dan kaum Muhajirin.

Perhelatan akbar lima tahunan itu akan digelar pada 26-27 Desember 2020 dengan mengusung tema “Meneguhkan Integritas Muslimah Demi Tegaknya Peradaban Islam.”  

“Berjuang dan berkorbanlah. Semua yang kita punya, baik harta, tenaga, dan pikiran untuk lembaga Hidayatullah, belum ada apa-apanya dibandingkan dengan pengorbanan mempertaruhkan nyawa,” pesan beliau kepada semua kader Mushida di seluruh Indonesia.*/Arsyis Musyahadah