Anak bukan sekadar karunia, tetapi anak adalah amanah. Untuk dapat menjalankan amanah mendidik anak, maka perlu diikuti dengan ilmu yang tepat agar bisa memberikan pendidikan terbaik kepada anak-anak sesuai dengan kebutuhannya.
Hal tersebut diungkapkan oleh drh. Luluk Mariyam Fatcuhrrohmah dalam webinar pendidikan yang diadakan oleh Bidang Pendidikan PP Muslimat Hidayatullah dengan tema “Stimulasi Perkembang Anak Melalui Kegiatan yang Kreatif.” Webinar yang diikuti oleh lebih dari 260 partisipan itu diselenggarakan pada Sabtu, 25 Desember 2021.
“Tujuan pendidikan anak, agar anak sukses melaksanakan tugasnya sebagai khalifah nanti bila ia dewasa dan sampai tujuannya ke surga,” terang Founder PAUD Mutiara Lebah kota Bekasi ini.
Menurutnya, dalam mencapai tujuan pendidikan ada empat hal yang harus ditempuh. Di antaranya ialah cerdas, pandai menyesuaikan diri, cerdas spiritual, dan insan kamil. Insan kamil adalah seseorang yang selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan sunnah dalam menjalankan proses kehidupannya.
Dalam pemaparannya, Konsultan Pendidikan Dasar tersebut mengenalkan tentang pembelajaran STEAM.
STEAM merupakan singkatan yang terdiri dari science, technology, enginering, arts, mathematics.
“Pada Pendidikan Anak Usia Dini, pembelajaran STEAM dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, serta mengembangkan pengetahuan dasar yang dibangun melalui kegiatan bermain yang terintegrasi, seperti bermain peran, rancang bangun menggunakan berbagai media, atau mencampur warna,” ungkapnya.
Pembelajaran STEAM dapat mendorong anak untuk membangun pengetahuan tentang dunia di sekeliling mereka melalui mengamati, menanya, dan menyelidiki.
Lebih lanjut, pembelajaran STEAM merupakan pembelajaran terpadu yang mendukung pengalaman belajar bermakna dan pemecahan masalah. Sains, teknologi, teknik, seni, dan matematika ini saling terkait. Fondasi STEAM terletak pada pembelajaran inkuiri, pemikiran kritis, dan berbasis proses.
“Dari lahir hingga umur lima tahun, anak mengeksplorasi matematika dalam sehari-hari, termasuk pengetahuan informal mengenai konsep lebih-kurang, bentuk, ukuran, mengurutkan, volume, dan jarak. Matematika adalah alat yang digunakan oleh anak-anak setiap hari,” tutur lulusan Fakultas Kedokteran Hewan IPB ini.
Selain pembelajaran STEAM, drh. Luluk juga menyebutkan pemanfaatan Loose Parts sebagai media belajar kreatif untuk anak. Istilah Loose Parts mulai digunakan pada tahun 1971 oleh seorang arsitek bernama Simon Nicholson. Dalam artikelnya, “How NOT to Cheat Children: The Theory of Loose Parts.” Simon Nicholson menciptakan istilah Loose Parts untuk menggambarkan bahan terbuka yang dapat digunakan dan dimanipulasi dalam banyak cara.
“Bahan-bahan yang terbuka, dapat terpisah, dapat dijadikan satu kembali, dibawa, digabungkan, dijajar atau dibariskan, dipindahkan dan digunakan sendiri ataupun digabungkan dengan bahan-bahan lain dengan berbagai cara yang tak ada habisnya,” imbuhnya.
Loose parts dapat menstimulasi sensorimotor, mengembangkan pembelajaran aktif, mendorong berpikir kritis dan kreatif, serta mendukung aspek perkembangkan anak.
“Keindahan Loose Parts untuk dimainkan, adalah tidak ada batasan dalam menggunakannya. Dunia seluas imajinasi kita – dan di dunia seorang anak, imajinasinya tidak terbatas,” ungkapnya.
Sebelum mengakhiri materinya, trainer parenting ini mengingatkan kepada peserta yang hadir bahwa seseorang mendidik anak dengan meniatkan karena Allah. Seseorang menjadi guru bukan karena tidak bisa bekerja di tempat yang bagus, tetapi menjadi guru kerena Allah Ta’ala.