Rantai Kebaikan

11 Januari 2022

Oleh : Admin Mushida

mushida
Rantai Kebaikan

Kicauan burung-burung walet mengangkasa, gelombang ombak pantai Mattirotasi bergulung melambat ke tepian, embusan angin pagi menerpa lembut nan sejuk di wajah.

Masih suasana pagi, setelah mengamalkan salah satu nawafil wirid pagi, nada dering telepon seluler bersahut, ternyata dari salah satu tim departemen sosial, mengabarkan bahwa distribusi sedekah Jum’at hari ini sekitar pukul 08.00 WITA.

Sebenarnya, salah satu permasalahan belum ketemu titik temunya dari kemarin, mengingat beberapa teman sedang ada jadwal mengajar, yang mahir mengendarai roda dua hanya beberapa dan bertepatan sedang adanya amanah yang lain. Sambil memberikan alternatif apabila tidak bisa distribusi kepada masyarakat sekitar, maka upayakan distribusi di sekitar pondok saja yaitu serahkan kepada santri dan para tukang yang sedang bekerja.

Hasil musyawarah satu pekan yang lalu, yaitu berupaya mendistribusikan Sedekah Jum’at (Semat) di pagi hari untuk sarapan bagi saudara sekitar, mereka sudah meninggalkan rumah mencari nafkah,  memungkinkan belum sempat sarapan. Dengan harapan melalui sedekah pagi ini bisa melepas dahaga dan rasa lapar sehingga diberi kekuatan untuk melaksanakan sholat Jum’at bagi yang laki-laki. Kami pun mempersiapkan beberapa kotak nasi kuning, anggaran dari hasil urunan ummahat, rela menyisihkan hartanya untuk lebih bermanfaat antar sesama.

Selang beberapa waktu, masih dalam kegundahan, penanggungjawab distribusi pun menginformasikan, “Alhamdulillah, salah satu pengurus yayasan siap membantu mengantar kita untuk distribusi pagi ini naik mobil, bersiap ya, nanti kami jemput,” terangnya.

Alhamdulillah, setiap niat baik, yakin bahwa Allah Subhana wa Ta’ala akan selalu mengiringinya dengan kemudahan setelah ada perasaan sulit yang dilalui. Janji Allah itu pasti. Melalui momen ini, Allah mentarbiyah kami, bahwa apa yang kami niatkan dan lakukan merupakan wujud dari implementasi iman, mendedikasikan diri menjadi kurir kebaikan, mengantarkan rejeki hamba-Nya kepada orang-orang yang sudah Dia tetapkan bagiannya. Maka Allah yang akan memberikan jalan, dan itu sangat mudah bagi Allah apabila senantiasa mengembalikan pada-Nya segala urusan.

 اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S Al-Insyirah [94] : 6)

Kami pun menyusuri jalan tepian pantai, mengamati yang sangat memungkinkan untuk kami berikan sekotak nasi kuning dengan lauk sederhana. Ada rasa keterpanggilan hati ke mana jalan yang mesti dilalui, hingga bertemu tukang parkir, tukang becak dan sekawanan petugas sampah yang sedang merapikan tumpukan sampah di atas truk di lokasi pembuangan sampah rumah tangga.

Hingga menyusuri titik terakhir di sudut lapangan Andi Makkasau Kota Parepare, tepat di sekitaran monumen Cinta Sejati Habibie-Ainun, ke arah barat akan di temui Kantor Pos Indonesia, museum Habibie, dan pelabuhan Nusantara. Tepat di perempatan jalan dekat tiang lampu lalu lintas, berdiri salah seorang bapak di samping becaknya sambil menunggu penumpang. Kami pun menghampiri lalu mengeluarkan kotak beserta air minum dan menyerahkannya, tangannya pun bersambut, menamati raut wajah dan kulit keriputnya tergambarkan bahwa usianya tidak lagi muda, tidak lupa ia meminta satu kotak lagi untuk kawannya sesama tukang becak yang sedang tidak di tempat. Kedua tangannya membawa kotak nasi tersebut yang di atasnya terletak segelas air kemasan, tangan yang mulai gemetar saat mengangkat beban yang sebenarnya tidak cukup berat. Beberapa yang lain pun berdatangan, alhamdulillah masih mendapat bagian.

Ada rasa yang berkecamuk, semoga apa yang kami berikan terbilang layak di hadapan Allah Sang Pemberi Rejeki, dan kelak kami kembali dan bisa berbagi dalam jumlah yang lebih banyak, menjadi kurir kebaikan menyerahkan rejeki makhluk-Nya dari arah yang tidak disangka-sangka, ada kedamaian ketika mereka mendoakan kebaikan dan dimudahkannya rejeki buat kami dari lisan-lisan tulusnya.

Semoga program kebaikan Muslimat Hidayatullah ini berantai dan terus berjalan tanpa putus, berbagi dari apa yang kita miliki tidaklah pernah rugi. Walau masih diawali dengan nominal kecil Rp10.000 per orang, cukup mengumbar senyuman pada mereka yang menerima, dan menyusupkan rasa bahagia ke dalam jiwa kami, “Insya Allah, kami akan kembali,” tekadku. Semoga Allah menghindarkan kami dari sifat pelit nan kikir, melapangkan hati-hati kami dalam fastabiqul khairat, perasaan cukup dari harta yang dimiliki dan semoga Allah limpahkan keberkahan.

Kalamullah sebagai spirit untuk terus bergerak, berbagi, serta bagian akan pembuktian iman bahwa Muslimat Hidayatullah akan turut andil, mengambil peran untuk kemaslahatan umat.

قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖ وَيَقْدِرُ لَهٗۗ وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهٗۚ وَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ

“Katakanlah, “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Q.S Saba’ [34] : 39).

*/Sahlah al-Ghumaishaa’