Kiat Membangun Kampung Akhirat

03 April 2022

Oleh : admin

mushida
Kiat Membangun Kampung Akhirat

Allah berfirman dalam Al-Qur’an

“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Dunia ini bukanlah tempat untuk menetap selamanya dan bukan tempat menjalani kehidupan selamanya. Sedangkan akhirat adalah tempat kita kembali dan merupakan kehidupan yang sesungguhnya.

Setiap muslim perlu memanfaatkan semua pemberian Allah untuk membangun kampung akhirat. Jika orang yang telah wafat meninggalkan harta benda, lalu harta benda tersebut dimanfaatkan untuk khalayak, maka pahala yang mengalir bagi orang yang meninggal tersebut.

Hal tersebut disampaikan oleh Ust. Shohibul Anwar pada kegiatan Kajian Dhuha dengan tema “Membangun Kampung Akhirat” diadakan oleh PD (Pengurus Daerah) Muslimat Hidayatullah Depok pada 1 Ramadhan 1443 H/3 April 2022.

“Selama hidup di dunia, kita harus memastikan bahwa pekerjaan atau profesi yang kita miliki merupakan ladang ibadah dan amal shalih. Karena ada pekerjaan di dunia ini yang sia-sia dan hanya menjadi beban,” ungkapnya.

Semua pekerjaan yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Maka bekerjalah untuk akhirat. Setiap orang pasti memiliki amanah, maka manfaatkan amanah yang diemban saat ini untuk menyelamatkan diri di akhirat kelak.

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. Hud: 15 – 16)

Masalah rumah, hutang, pekerjaan, atau masalah yang dihadapi di dunia itu ringan. Masalah yang paling besar itu adalah nasib manusia di akhirat.

“Sangat merugi orang yang hidup di dunia tetapi orientasinya hanya untuk duniawi,” tegas Ketua Departemen Komunikasi dan Penyiaran DPP Hidayatullah ini.

Allah memiliki 100 rahmat, satu bagian diberikan kepada manusia di dunia. Sedangkan 99 rahmat diberikan kepada orang-orang yang beriman di akhirat. Kita tidak boleh mengharamkan apa yang diberikan oleh Allah. Membangun kampung akhirat bukan berarti melaksanakan ibadah secara terus menerus dan melupakan hal yang lain.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an

“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS: Ali Imran: 14)

“Dunia ini boleh dinikmati asal tidak melampaui batas. Hidup di dunia dengan menunaikan hak kepada Allah, menunaikan hak pada tubuh, dan menunaikan hak pada keluarga,” imbuhnya dengan menceritakan kisah tentang sahabat Salman Al-Farisi dan Abu Darda’.  

Salman Al-Farisi dipersaudarakan oleh Rasulullah dengan Abu Darda’, seorang kaum Anshar yang terkenal dengan giat beribadah, tetapi keluarganya tidak diperhatikan. Salman baru mengetahui hal tersebut ketika berkunjung ke rumah Abu Darda’. Abu Darda’ shalat sepanjang malam hingga berpuasa setiap hari, namun istrinya berpakaian kumal dan tidak terawat. Salman pun menegur saudaranya ini.

“Sesungguhnya Rabbmu memiliki hak atasmu yang harus kau tunaikan, dirimu punya hak atasmu yang harus kau tunaikan, badan dan matamu memiliki hak untuk istirahat, dan keluargamu punya hak atasmu yang harus kau tunaikan,” kata Salman. 

Lalu, bagaimana seharusnya menjalani kehidupan di dunia? Berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah berbuat baik kepada kita. Gunakan kebaikan yang Allah berikan kepada kita untuk menyenangkan orang lain.

“Allah menitipkan milik-Nya kepada manusia agar bisa berbagi kebaikan kepada sesama. Orang yang memiliki orientasi akhirat, dia mengisi hidupnya dengan kebaikan yang diberikan oleh Allah dan tidak berkhianat terhadap nikmat-Nya,” pungkasnya.*/ars