Dalam menyambut Implementasi Kurikulum Merdeka, Departemen Pendidikan PP Muslimat Hidayatullah menyelenggarakan Webinar bertajuk “Kurikulum Merdeka Dalam KIBT” pada 14 Juli 2022/14 Dzulhijjah 1443 H.
“Kurikulum Merdeka yang telah dicanangkan, cepat atau lambat harus diterima namun dengan dimodifikasi sesuai dengan kurikulum khas Hidayatullah yaitu Kurikulum Integral Berbasis Tauhid. Apapun kurikulumnya, yang menjadi substansi ialah bagaimana peran guru dalam mengenal Pencipta-Nya,” ucap Ustadzah Marsiti, Ketua Bidang Tarbiyah PP Mushida dalam menyampaikan sambutannya.
“Pendidikan di masa kanak-kanak dan menanamkan pondasi adalah hal yang penting karena berpengaruh pada pendidikan tingkat selanjutnya. Apabila pondasi itu kuat, maka fitrah seorang anak juga akan terjaga seterusnya,” papar Ustadzah Wida Almaidah sebagai pemateri pada acara yang dihadiri oleh Kepala Sekolah dan Guru PAUD Mushida se-Indonesia tersebut.
Allah berfirman
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Seorang pendidik memiliki peran penting dalam membangun pondasi yang kuat, lurus, dan benar kepada anak. Menurutnya, hal ini sama seperti ketika membangun rumah. Mendirikan pondasi merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Suatu hal yang tidak mudah, namun tetap dapat diupayakan.
Kurikulum sebagai jantung pendidikan harus dipahami oleh setiap pendidik.
Pengertian kurikulum tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 19 yaitu “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
“Sejauh ini Pendidikan Hidayatullah menerapkan Kurikulum Integral Berbasis Tauhid (KIBT) karena kondisi dan permasalahan yang ada dalam pendidikan Indonesia saat ini yang sangat dipengaruhi oleh Barat,” ungkap Direktur PAUD Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya ini.
Mengapa integral?
Dengan proses yang teringerasi, manusia diproses sesuai dengan nilai eksistensinya sebagai hamba Allah dan khalifah fil ardh dan agar manusia memiliki pandangan dunia (worldview) yang benar dan menyeluruh. Hal ini sejalan dengan firman Allah
“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201)
Beliau menegaskan bahwa untuk mencapai itu semua, maka pembelajaran harus dilakukan secara integral.
Lanjutnya, Pendidikan Integral Berbasis Tauhid berdasarkan Sistematika Wahyu sebagai manhaj dengan menanamkan aqidah pada anak, mengenalkan hakikat Rabb, alam dan manusia.
“Dari hal itulah lahir kesadaran dalam bertauhid. Demikian juga penting dalam membangun cita-cita berqur’an, berakhlakul karimah, dan membekali diri dengan ibadah sebagai kebutuhan manusia,” urainya di hadapan lebih dari 350 partisipan.
Implementasi dari KIBT yaitu bahwa seluruh materi yang diajarkan mampu menyadarkan murid tentang nilai tauhid.
Lebih jauh, beliau menjelaskan bahwa metode KIBT yang dilakukan setiap pembelajaran diawali dengan proses tilawah yang melahirkan kesadaran dalam bertauhid. Proses tazkiyah agar terhindari dari maksiat. Proses ta’limah dengan mengajarkan Qur’an dan sunnah yang melahirkan insan kamil.
Sedangkan Kurikulum Merdeka dirancang oleh pemerintah berdasarkan kompetensi yang ingin dikembangkan bukan berdasarkan konten atau materi tertentu. Kurikulum merdeka memiliki ciri berbasis projek untuk pengembangan soft skill dan karakter. Struktur kurikulum pada fase pondasi atau Pendidikan Anak Usia Dini terdiri dari kegiatan intrakurikuler dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
“Apapun kurikulum yang saat ini diterapkan, maka jangan lupa terhadap KIBT sebagai rumah besar kita. Dan yang lebih penting lagi ialah peran pendidik sebagaimana ungkapan masyhur yaitu metode itu lebih penting dari materi, guru lebih penting dari metode, dan ruh atau jiwa seorang guru lebih penting dari guru itu sendiri,” tegas Anggota Badan Penjamin Mutu PAUD Mushida ini.
Menurutnya, ruh guru dapat diisi dengan ibadah nawafil seperti sholat lail dan tilawah Al-Qur’an. Hal inilah yang dapat menambah kualitas seorang pendidik.
“Untuk seluruh guru PAUD, mari kita saling bergandeng tangan, berpegangan erat, dan jangan lelah belajar untuk dapat memajukan PAUD Muslimat Hidayatullah se-Indonesia,” pungkas Ustadzah Ruspayanti, sebagai Ketua Departemen Pendidikan PP Mushida sekaligus penyelenggara webinar kali ini.