Giatkan Literasi, PP Mushida Hadirkan Madrasah Jurnalistik

21 Agustus 2022

Oleh : admin

mushida
Giatkan Literasi, PP Mushida Hadirkan Madrasah Jurnalistik

(mushida.org), PP Muslimat Hidayatullah selalu menghadirkan program yang menebar manfaat. Menulis merupakan dakwah bil qolam yang harus digiatkan bagi para Muslimah.

Untuk itu, Humas dan Keputrian PP Muslimat Hidayatullah menyelenggarakan webinar Madrasah Jurnalistik bekerja sama dengan BMH yang diikuti oleh Pengurus, Anggota, Keputrian Muslimat Hidayatullah di seluruh provinsi Indonesia pada 20/08/2022.

Dengan menulis, maka sejatinya mengabadikan kebaikan. Mereka yang abadi dengan karyanya ialah Ibn Sina, Al-Khawarizmi, Ibn Khaldun.

Ibn Sina, Bapak Kedokteran Modern, menyumbangkan 450 karya dalam hidupnya. Karya fenomenalnya berjudul Qanun Fi Thib (Canon Of Medicine) dan Al-Shifa (The Book Of Healing). Al-Khawarizmi, Pencetus Aljabar, meninggalkan karya fenomenal berjudul AlKitab A Mukhtashar Fi Hisab Al Jabr Wa Al Muqabalah dan telah diterjemahkan dalam bahasa latin sejak abad 12. Ibn Khaldun, sejarawan Muslim yang juga dijuluki Bapak Ekonomi. Meninggalkan karya yang fenomenal berjudul AlMuqoddimah.

Allah berfirman, “Bacalah! demikian jawaban wahyu, “Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah; yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5)

“Agar memahami kaidah kepenulisan, maka Madrasah Jurnalistik ini dihadirkan. Semoga setelah mengikuti kegiatan ini, para peserta bisa menyampaikan kebaikan meski satu kalimat sebagai amal jariyah yang bertujuan untuk mencerahkan umat,” ucap Ketua Umum PP Muslimat Hidayatullah, Hani Akbar, dalam sambutannya.

Webinar ini menghadirkan tiga materi dengan tiga narasumber yakni Irawati Istadi (Pegiat Parenting, Penulis Buku, Imam Nawawi (Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah, Penulis Buku), Faradilla Awwaluna (Direktur Majalah Elnilein).

“Meskipun disibukkan dengan berbagai kegiatan, kita harus meluangkan waktu untuk menulis,” ungkap Irawati Istadi.

Menurutnya, semua orang dapat menulis jika melakukan tips dan trik dengan menguatkan tekad, membuat deadline, mencatat ide yang muncul, menentukan tema, membuat kerangka, menuangkannya dalam tulisan, dan menyesuaikan gaya bahasa sesuai target pembaca.

Sedangkan Faradilla Awwaluna menuturkan bahwa kegiatan membaca dan menulis saling berhubungan karena akan memunculkan referensi dan ide hingga seseorang akan lebih mudah untuk menulis. Selain itu kegiatan membaca akan melatih daya pikir dan memperkaya kosa kata. Seseorang tidak akan bisa menulis jika ia tidak suka membaca. Begitupun sebaliknya, seseorang bisa menulis jika ia gemar membaca.

“Tidak ada penulis yang instan. Yang ada hanyalah penulis yang mau berkomitmen untuk membersamai prosesnya dalam memperbaiki tulisan,” imbuh Mahasiswi International University of Africa Sudan ini.

Sebagai informasi, dalam sebuah penelitian Internasional, Indonesia merupakan negara yang termasuk zona merah darurat literasi. Minat baca masyarakat Indonesia dikatakan berhenti selama 18 tahun. Yang lebih memprihatinkan, Kementrian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo) menyuguhkan sebuah headline berita “Teknologi Masyarakat Indonesia: Malas Baca, Tapi Cerewet di Media Sosial.”

“Untuk itu, maka kita mencoba mencintai kegiatan membaca dan menulis. Menulis bukan untuk hebat. Tapi lebih dari itu untuk menjadi manfaat bagi sekitar. Dengan menulis, kita akan menyebar cinta kepada sesama,” terangnya.

Selanjutnya narasumber terakhir menyebutkan bahwa era digital seperti ladang terbuka, jika umat Islam tidak menanamnya dengan kebaikan, maka jangan marah jika generasi Islam direbut oleh paradaban lain.  

“Siapa yang menulis, ia merawat akal dan hati. Siapa yang menulis, ia menjaga kekuatan peradaban. Menulis ialah nafas dalam ajaran Islam. Di era digital ini, banyak berita hoax yang harus dihentikan dengan terus membagikan tulisan yang bermanfaat,” tegas Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah, Imam Nawawi.

Dalam pemaparan materi teknik menulis reportase, ia mencontohkan berita wakaf Qur’an oleh Baitul Maal Hidayatullah Jawa Barat kepada 13 masjid di Kelurahan Antapani, Bandung.

Menulis adalah skill, siapa yang berlatih maka dia akan terampil. Jadikan menulis sebagai ibadah dan dakwah. Karena ucapan atau perkataan akan hilang, sedangkan tulisan selalu abadi.

Kegiatan Madrasah Jurnalistik diakhiri dengan penguatan terhadap materi, yang disampaikan oleh Ketua Bidang Organisasi PP Mushida, “Manfaat menulis sebagai fastabiqul khairaat. Semoga kegiatan ini dapat melahirkan penulis yang amanah, sesuai dengan koridor syari’at. Jadilah penulis yang bernilai, bukan hanya sekadar hobi menilai kekuarangan orang lain,” ungkap Dede Agustina.

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan semangat menulis. Adapun follow up dari kegiatan Madrasah Jurnalistik akan diadakan pembinaan kepenulisan yang dibawakan oleh mentor menulis, Ida S. Widayanti (Penulis Buku Best Seller). Pembinaan dilaksanakan dengan empat kali pertemuan pada grup WhatsApp.