Mendengar berita berpulangnya Ustadz Jamaluddin Nur sangat menghentak semua jamaah Hidayatullah dan bahkan semua orang yang mengenalnya. Tak terasa air mata mengalir mengenang beliau. Ingin rasanya segera terbang ke Batam, tempat beliau berjuang selama ini, sekaligus tempat mengakhiri misi kehidupannya di dunia ini.
Sangat ingin rasanya menghantarkan janazah menuju alam barzakhnya. Tapi kondisi tidak memungkinkan.
Kami baru bisa berangkat ke Batam sehari setelah beliau wafat, meski tak lagi bisa menemui jasadnya karena dimakamkan di malam harinya.
Keesokan harinya, saya berangkat bersama suami, Ustadz Abdul Aziz Qahar Muzakkar. Dalam pesawat perasaan saya terguncang. Terbayang beberapa waktu lalu, biasanya beliau dan istri menjemput kami di bandara. Membayangkan wajah ceria dan ramah, serta sapaan yang khas. Bahkan beliau sendiri yang menjadi driver, menjemput kami. Beliau selalu mengatur semua penjemputan dengan sangat apik.
Begitulah selalu cerita penjemputan kami sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu. Padahal kami tahu beliau memiliki banyak kesibukan yang harus dilakukan. Namun begitulah karakter beliau yang selalu memberikan pelayanan terbaik untuk para tamunya.
Masih teringat pada tahun awal di Tiban, tempat awal beliau dalam menjalankan amanahnya untuk merintis dan mengembangkan dakwah di Batam. Saat kami berkunjung pertama kali ke Batam, kami dijemput di pelabuhan dengan pelayanan terbaik walaupun dengan fasilitas yang masih sangat minim.
Beberapa waktu kemudian ketika saya mendapat amanah sebagai Ketua Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah, kami sering melakukan kegiatan di Batam, baik itu Training formal maupun kegiatan lain yang diadakan di Batam.
Setiap saya datang entah itu bersama suami ataupun dengan kawan kawan Mushida, beliau selalu menjemput langsung di bandara. Demikian juga saat kami akan kembali, beliau sekeluarga yang selalu mengantar kami.
Ustadz Jamal melakukan itu semua karena tekad yang bulat untuk memberikan penjemputan dan pelayanan terbaiknya.
Rasa inilah yang terus terkenang, mengguncang jiwa, sehingga tulisan ini terasa sulit saya selesaikan karena air mata terus mengalir. Sampai-sampai, tulisan terlihat kabur tak terbaca .
Saya dan suami akan meninggalkan Batam, dan tentu Ustadz Jamal yang biasanya mengantar, tidak lagi bisa mengantarkan kami ke Airport sebagaimana biasanya.
Kini engkau telah kembali menemui Pencipta-Mu, dengan diantar oleh banyak kader, sahabat dan kolegamu. Kami semua mengiringi kepergianmu dengan doa-doa terbaik dari kami, dan insya Allah engkau dijemput oleh para malaikat dengan jemputan terbaiknya. Semoga di sana engkau merasakan kebahagiaan dalam jemputan amal amal sholehmu, sebagaimana kami selalu merasa bahagia menerima layanan terbaikmu saat kami datang di markas perjuanganmu, Hidayatullah Batam.
*/Sabriati Aziz, Graha Batam, 12/2/2023 pemakaman, Kampus Hidayatullah Batuaji Batam.