Semarakkan Hari Kemerdekaan, Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah Hadirkan Webinar Peran Muslimah Dalam Mengisi Kemerdekaan Indonesia

21 Agustus 2023

Oleh : admin

mushida
Semarakkan Hari Kemerdekaan, Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah Hadirkan Webinar Peran Muslimah Dalam Mengisi Kemerdekaan Indonesia

(Jakarta, mushida.org) Dalam rangka memperingati Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 78, Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah menyelenggarakan Webinar yang bertajuk “Dengan Kebersihan Jiwa, Kita Mengisi Kemerdekaan Menuju Indonesia Bermartabat” pada 19 Agustus 2023.

Webinar ini diikuti oleh lebih dari 165 partisipan zoom yang terdiri dari Pengurus Tingkat Pusat, Pengurus Wilayah, Pengurus Daerah, kader Muslimat Hidayatullah di seluruh Provinsi Indonesia.

“Kemerdekaan Indonesia adalah karunia Allah yang diraih dengan perjuangan, pertumpahan darah, pengabdian, dan doa. Tidaklah Indonesia merdeka jika bukan karena peran para pejuang bangsa yang hatinya suci dan bersih yang telah memperjuangkan, mempertahan kemerdekaan Indonesia ini,” tutur Ketua Umum PP Mushida, Ustadzah Hani Akbar dalam sambutan webinar.

“Untuk itu jangan sampai kita mengotori kemerdekaan ini. Pahami makna merdeka yang sesungguhnya. Sejatinya merdeka bagi Nabi Ibrahim ialah berlepas diri dari penyembahan berhala. Merdeka bagi kita hakikatnya menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah, berlepas dari sesembahan selain Allah,” lanjutnya dengan menyebutkan surah Al-An’am ayat 162

 اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya untuk Tuhan Semesta Alam.” (QS. Al-An’am ayat 162)

Webinar dengan narasumber Ketua dan Anggota Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah ini bertujuan mengajak para muslimah dapat meneladani peran pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan dan Indonesia.

“Kita mengingat 78 tahun lalu Indonesia membebaskan diri dari penjajahan. Mengenang jasa pahlawan yang telah memberi cinta dan mengorbankan jiwa raga terhadap keinginan besar untuk merdeka. Para pahlawan bersatu untuk meraih kemerdekaan,” ucap Ustadzah Sabriati Aziz dalam materinya.

Sebutnya, beberapa tokoh perempuan yang ikut terlibat dalam pertempuran melawan penjajah ialah Cut Nyak Dien dan Rasuna Said.

“Jasa pahlawan wanita inilah yang harus kita teladani sebagai daiyah. Kemerdekaan Indonesia diraih dengan takbir. Ada darah para ulama dan umat Islam yang tertumpah di sana dan ada perjuangan yang harus dilanjutkan oleh kita saat ini,” lanjutnya.

Menurut Ketua Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah ini, peran muslimah sebagai madrasatul uula dalam mengisi kemerdekaan dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, memberikan pendidikan Islam yang terbaik. Kedua, membentengi keluarga dari kondisi lingkungan yang buruk.

“Yang tak kalah penting, menuntut ilmu untuk mengisi kemerdekaan juga tidak bisa diabaikan oleh seorang muslimah, karena hal tersebut akan menguatkan pilar peradaban Islam. Kita sebagai muslimah harus berkomitmen memberikan yang terbaik untuk Indonesia karena negeri ini adalah darud dakwah, tempat kita menanam kebaikan dengan dakwah Islam,” ajaknya.

Adapun Ustadzah Bilqis Mubarokatin sebagai narasumber ke 2 menekankan pentingnya tazkiyatun nafs seorang muslimah dalam mengisi kemerdekaan Indonesia.

“Ketika hati kita suci maka kita akan menjadi pribadi yang ihsan. Buah dari ihsan ialah selalu merasa diawasi oleh Allah. Dengan demikian kita akan melakukan yang terbaik dalam berbagai peran muslimah sebagai ibu, istri, guru, daiyah dan lainnya,” paparnya.

Tujuan tazkiyatun nafs ialah mendekatkan diri kepada Allah dan mampu menghindarkan diri dari penyakit dalam jiwa.

“Sungguh Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mensucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur-an) dan Al Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran: 164)

Menurut Imam Al-Ghazali. metode tazkiyatun nafs terbagi menjadi dua. Yaitu takholli; usaha mengosongkan diri dari perilaku dan akhlak tercela seperti kufur, nifaq, riya hasad ujub. Tahalli; mengisi perbuatan-perbuatan terpuji seperti jujur, ikhlas, sabar, syukur, zuhud, tawakkal, ridho.

Adapun menurut Hidayatullah, tazkiyatun nafs terdapat pada firman Allah surah Al-Muzammil: 1-10, Al-Mudatsir: 1-7, Al-Jumu’ah: 2. Hal tersebut diimplementasikan pada GNH (Gerakan Nawafil Hidayatullah) yang terdiri dari qiyamullail, membaca Al-Quran, dzikir 3 waktu (pagi, sore, malam), infaq, sholat berjamaah 5 waktu dan shunah rawatib, dakwah fardiyah.

“Jadilah mukmin yang muhsin, dan berjuanglah membangun peradaban Indonesia yang bermartabat,” imbuh anggota Majelis Penasihat Muslimat Hidayatullah ini.

Terakhir, sebagai motivasi, beliau menutup materi dengan mengutip perkataan Ustadz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah.

“Orang mukmin adalah orang yang beriman dan teruji dipercaya oleh masyarakat, dikenal menjaga hak dan kepercayaan orang lain, memiliki integritas tinggi, menjaga amanah, dan jujur sehingga masyarakat tidak mengkhawatirkan hartanya, kehormatan, dan jiwa dari kejahatannya.”