Busana muslimah adalah busana taqwa. Mengenakan busana muslimah saat ini sudah menjadi sebuah trend tersendiri, bahkan sudah menjadi budaya bagi yang sudah terbiasa mengenakannya. Di Indonesia tidak ada lagi larangan untuk berbusana Muslimah bahkan di berbagai instansi milik pemerintah maupun swasta. Namun ternyata di sebagian negara sampai detik ini masih ada yang memberlakukan larangan berbusana Muslimah. Saat ini di Prancis masih melarang penggunaan abaya dan hijab di sekolah dan universitas. Bahkan di Turki pernah terjadi, wanita yang mengenakan hijab tidak bisa mendapatkan pelayanan medis. Dan wanita berhijab di Tunisia akan dipenjara dan disiksa.
Solidaritas Hijab Internasional dilatarbelakangi oleh keputusan negara Prancis yang melarang penggunaan hijab di Eropa untuk pertama kalinya. Hal ini diperkuat dengan kematian Marwa El Sherbini, seorang ibu rumah tangga yang dibunuh ketika akan memberikan kesaksian mengenai penghinaan yang diberikan kepadanya karena mengenakan hijab. Aksi protes yang dilakukan masyarakat membuat pemerintah menyelenggarakan konferensi London pada tanggal 4 September 2004, yang antara lain dihadiri oleh Syeikh Yusuf Al Qardawy serta 300 delegasi dari 102 organisasi Internasional dari 35 negara. Sejak saat itu Hari Solidaritas Hijab/Jilbab Internasional diperingati setiap tanggal 4 September.
Dalam rangka menggaungkan kembali HSJD (Hari Solidaritas Jilbab Sedunia) sekaligus untuk menolak diskriminasi terhadap Muslimah berhijab, mengampanyekan kewajiban hijab bagi Muslimah, dan menyemarakkan Silaturahmi Nasional Hidayatullah, PW Muslimat Hidayatullah Jawa Tengah menggelar peringatan International Hijab Solidarity Day yang dilaksanakan secara serentak mulai tanggal 2-4 September 2023 di seluruh daerah di wilayah Jawa Tengah. Adapun tema kegiatan tersebut adalah “Muslimah Berhijab Menjunjung Tinggi Martabat”
Sungguh di luar dugaan, ternyata antusias teman-teman Pengurus Daerah di seluruh Jateng, para donatur, wali murid dari seluruh sekolah integral di Jawa Tengah, dan pihak sponsorshif begitu luar biasa. Awalnya kami merasa pesimis karena himbauan yang diterima terlalu dekat dengan waktu pelaksanaannya. Pesimis karena khawatir tidak mendapatkan hijab sesuai target yang telah ditetapkan oleh PP Mushida yaitu tebar sebanyak 2300 pcs hijab. Angka yang tidak sedikit tentunya.
Rangkaian HSJD di berbagai daerah
Allah selalu bersama orang-orang yang yakin akan pertolonganNya. Tercatat dari data yang sudah masuk ke PW Mushida hingga tadi malam perolehan hijab dari para donator adalah Kudus 600 pcs, Pati 300 pcs, Grobogan 400 pcs, Semarang 208 pcs, Salatiga 350 pcs, Pekalongan 250 pcs, Kajen Pekalongan 100 pcs, Tegal dan Brebes 145 pcs, Banjarnegara 145 pcs, dan ada juga yang langsung masuk ke Pengurus Wilayah lebih dari 300 pcs. Jadi total perolehan hijab sampai hari ini adalah 2.653 pcs. Jumlah ini tentunya sudah melebihi target yang telah ditentukan. Dan bahagianya jumlah ini masih terus bertambah karena para donator masih terus mengirimkan donasinya selama bulan September ini. Belum lagi ada yang berdonasi dalam bentuk uang tunai yang mencapai puluhan juta rupiah dari seluruh daerah. Sungguh sesuatu yang sangat menggembirakan sehingga membuat para Pengurus Mushida semakin termotivasi untuk mengadakan acara lanjutan selama September ini, demi menggaungkan solidaritas hijab kepada para Muslimah.
Rangkaian acara peringatan HSJD di masing-masing daerah sangat bervariasi. Di Pati kegiatan dilaksanakan di dua tempat yaitu kampung Sukolilo atas dan Sukolilo bawah. Diawali dengan tausiyah oleh ketua PD Mushida, ustadzah Endang Purwati, S.Pd tentang kewajiban berhijab, game memakai jilbab, dan diakhiri dengan pembagian jilbab gratis kepada warga masyarakat yang menghadiri acara tersebut. Setelah itu masih dilanjutkan dengan pembagian hijab door to door bagi warga masyarakat yang tidak bisa hadir. “Insya Alloh Ahad depan kami akan melanjutkan penyaluran hijab ke daerah Blora, mohon do’anya semoga kami bisa menyalurkan semua amanah dari donatur,” tutur ustadzah Endang.
Di Kudus kegiatan dilaksanakan di desa Rahtawu, yang merupakan salah satu desa terpencil di kabupaten Kudus. Acara dilakukan di 2 TPQ, dimulai dari tausiyah dan diakhiri dengan pembagian hijab gratis. “Alhamdulillah, antusias masyarakat dan donatur sangat luar biasa, setelah selesai packing eee..ternyata masih ada yang mengirimkan hijabnya bahkan pekan depan juga masih ada donatur yang akan mengirim lagi,” kata ustadzah Lutfi Ethika, S.Psi sebagai ketua PD Mushida Kudus. Lain lagi dengan Semarang, acara dilaksanakan di Ungaran, diawali dengan konvoi oleh semua anggota Mushida dan santri ponpes Al Burhan di alun-alun kota Ungaran, orasi dan pembacaan puisi, serta diakhiri dengan pembagian hijab gratis. Bahkan ada yang langsung dipakaikan di tempat kepada Muslimah yang belum mengenakan hijab.
Salatiga, acara digelar di salah satu ruas jalan utama dengan membagikan hijab gratis kepada warga masyarakat sekitar. Bahkan tertangkap kamera panitia yang ikut berebut hijab bukan hanya ibu-ibu dan para Muslimah, melainkan bapak-bapak juga. PD Grobogan HSJD dilakukan dengan melibatkan warga masyarakat sekitar pondok pesantren dalam membagikan hijab gratis.
Bergeser ke kota Pekalongan, acara digelar dengan makan – minum dan pembagian hijab gratis. Lain lagi dengan PD rintisan Kajen kabupaten Pekalongan acara dikemas dengan pengajian umum dan sosialisasi PAUD/TK Yaa Bunayya yang baru dirintisnya. “Masya Allah, antusias masyarakat sekitar luar biasa, sampai-sampai panitia kewalahan, “ tutur ketua PD Kajen, ustadzah Isna Yusrina, S.H, M.Pd.
Kabupaten dan kota Tegal melaksanakan acara ini di dalam kampus, bersinergi dengan Brebes yang masih merupakan perintisan. PD rintisan Purbalingga tidak ketinggalan, HSJD dilakukan dengan berbagi hijab kepada anak-anak TPQ dan silaturahim ke rumah seorang tokoh masyarakat, yaitu bapak Kepala Desa. Beliau menyampaikan dukungannya kepada Hidayatullah dan mengucapkan selamat serta mendo’akan untuk kesuksesan Silatnas Hidayatullah yang akan digelar pada tanggal 23-26 November 2023 mendatang.
Banjarnegara merupakan pusat kegiatan PW Mushida Jateng pada acara HSJD tahun ini. Acara digelar pada hari Sabtu, 2 September 2023. Bertempat di desa binaan yang merupakan kampung muallaf. Warga desa Karanganyar kabupaten Banjarnegara mengaku bahwa misionaris sering mendatangi mereka dan mengajak untuk keluar dari Islam. Banyak di antara mereka yang dahulu keluar dari agama Islam kemudian mendapat hidayah dari Allah dan kembali lagi kepada Islam. Ustadz Salman al Farisi, ketua Yayasan Al Bayyinah Hidayatullah Banjarnegara menuturkan bahwa pihaknya sudah melakukan pembinaan di desa tersebut sejak tahun 2014.
Kegiatan dimulai dengan taaruf. Dilanjutkan dengan pemaparan sejarah Hari Solidaritas Jilbab Sedunia dan tausiyah tentang wajibnya berhijab serta pentingnya menjaga diri dan keluarga dari api neraka oleh ketua PW Mushida Jateng, ibu Tri Wahyu. P, S.Pd. Agar tidak membosankan dan memberi kesan positif acara dirangkai dengan game oleh ustadzah Rina Kurniawati, S.Pd dan pembagian doorprize oleh sekretaris PW Mushida ustadzah Desy M. Arrifa, S.Pd. Berkat sinergi dengan BMH, hari itu para Muslimah jama’ah pengajian Miftahul Jannah bukan hanya mendapatkan doorprize dan hijab gratis tetapi juga mendapatkan bingkisan beras gratis. Mereka mengaku sangat senang dan terharu dengan digelarnya kegiatan HSJD yang begitu meriah dan menginspirasi. Barokallohulakum. */Tri Wahyu