(Jakarta, mushida.org) Ideasi adalah tahapan penting untuk menghasilkan dan mengembangkan ide-ide kreatif. Ideasi memanfaatkan pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas kolektif individu di semua tingkatan organisasi.
Melihat kondisi lingkungan buruk, dan banyaknya sampah di mana-mana. Untuk itu, harus ada solusi dalam menangani masalah tersebut. Salah satunya dengan cara menginstegrasikan aspek sosial dalam design thinking.
Design thinking ialah pendekatan kolaboratif yang berpusat pada manusia untuk memecahkan masalah yang kreatif, berulang, dan praktis.
Hal tersebut disampaikan oleh Roikhanatun Nafi’ah, S.T., M.T salah founder start up
Crustea, sebuah perusahaan pengadaan teknologi yang berfokus di bidang akuakultur, dalam pemaparan materinya dengan tema “Best Practice: Ideasi Berbasis Design Thinking” pada kegiatan Training Leadership Talenta Muda Muslimat Hidayatullah pada 16 November 2024/14 Jumadil Ula 1446 H.
Awal mula merintis start up dulu, ketika masih kuliah, ia bersama para founder Crustea sering berinteraksi dengan para petambak yang berkeluh kesah sering mengalami gagal panen. Salah satunya, karena kadar oksigen di tambaknya tidak stabil. Mendengar keluhan dari para petambak, menggerakkan hatinya untuk membuat sebuah solusi bagi para petambak, agar bisa memaksimalkan produktivitas mereka.
“Cara mengintegrasikan aspek sosial dapat dilakukan dengan cara identifikasi masalah sosial, melibatkan pemangku kepentingan, dan mengevaluasi dampaknya,” ujarnya.
Dalam penjelasannya ia mencontohkan proyek dengan dampak sosial melalui peningkatan kualitas air bersih, edukasi kesehatan untuk masyarakat, meningkatkan akses pendidikan di daerah tertinggal. Permasalahannya, siswa di desa terpencil kesulitan mendapatkan pendidikan berkualitas
“Solusinya dapat dilakukan dengan pembuatan modul pembelajaran mandiri, penggunaan radio untuk proses pembelajaran. Dampak sosialnya ialah meningkatkan akses pendidikan, meningkatkan literasi, dan memberdayakan komunitas masyarakat sekitar,” urainya.
“Tujuh cara yang bisa dilakukan saat membutuhkan ide untuk mengembangkan produk dengan metode scamper di antaranya substitusi, combine, adapt, modify, put the other users, eliminate, reverse,” imbuhnya.
Substitusi dengan membuat produk baru yang lebih menjual, combine; membuat produk baru dengan menggabungkan beberapa aspek dari produk lain, adapt; membuat produk yang lebih baik dengan cara mengadaptasi aspek-aspek yang bisa mempengaruhi produk kita, modify; melakukan modifikasi terhadap produk agar memiliki fitur yang lebih baik, put the other users; mencari ide dengan menelaah apakah produk yang kita buat bisa menjadi suatu hal yang baru, eliminate; mengembangkan produk dengan mengeleminasi tahapan-tahapan yang tidak lagi diperlukan, dan reverse; merevisi produk yang telah ada.
PP Muslimat Hidayatullah bersinergi dengan Hidayatullah Institute di bawah Bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah menyelenggarakan Leadership Training Talenta Muda Muslimat Hidayatullah pada 14-17 November 2024/12-15 Jumadil Ula 1446 H di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang, Jakarta, dengan tema “Kepemimpinan Manhaji: Profetik, Inovatif, Kolaboratif.”
Kegiatan ini diikuti oleh 36 peserta perwakilan wilayah seluruh Indonesia yang terdiri dari wilayah Bengkulu, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.