(Jakarta, mushida.org) Dakwah harus berlanjut, karena umur dakwah lebih panjang dari umum manusia. Saat ini, dakwah Hidayatullah mendapatkan tantangan baik dari internal maupun eksternal. Faktor eksternal karena adanya keterbatasan yang membatasi peran muslimah di publik. Feminisme yang sekarang dengan mudah masuk ke ruang-ruang publik muslimah, juga menjadi tantangan tak terhindarkan.
Hal tersebut disampaikan oleh Ustadz Asih Subagyo, pada tausyiah ba’da subuh sebagai bagian rangkaian kegiatan Training Leadership Talenta Muda Muslimat Hidayatullah pada 17 November 2024/15 Jumadil Ula 1446 H.
“Tantangan muslimah dalam menjalani peran profesional sebagai guru atau yang lainnya, harus seimbang menjalankan perannya sebagai istri atau ibu,” terangnya.
Sebagai sebuah entitas, muslimah bisa membentuk kepemimpinan sendiri. Menurutnya, ada kelemahan dalam kepemimpinan muslimah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya, keterbatasan pelatihan kepemimpinan untuk muslimah itu sendiri.
“Kegiatan leadership training ini sangat luar biasa, karena dapat menggali potensi muslimah yang dimiliki. Muslimah yang berpendidikan tinggi sangat terbatas. Muslimah yang ahli fiqih sudah banyak jumlahnya, kita juga perlu muslimah yang memahami ilmu kodektaran, psikologi, dan ahli dalam teknologi,” ujarnya
Lebih jauh, Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah ini menuturkan bahwa teknologi dapat dimanfaatkan untuk membangun kepemimpinan dan memberikan pengaruh bagi sekitar. Teknologi sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan dakwah kepada masyarakat. Penggunaan sosial media belum dimaksimalkan untuk dakwah. Kita harus mengembangkan channel untuk mensosialisasikan manhaj Sistematika Wahyu.
Peneliti senior Hidayatullah Institute ini juga menyebutkan bahwa regenerasi merupakan sebuah keniscayaan. Untuk itu perlu didesain dalam menyiapkan talenta yang dapat menjadi pemimpin Muslimat Hidayatullah ke depan untuk menyelesaikan permasalahan dan tantangan.
“Solusi dari permasalahan yang ada ialah kolaborasi. Siapapun yang ingin maju, maka kita harus bekerja sama dengan orang lain dengan menyamakan visi untuk mencapai tujuan. Tanpa ada kolaborasi, kita tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan. Kolaborasi adalah kunci,” tegasnya.
Generasi sekarang harus memiliki pijakan yang kuat untuk melangkah ke depan, berbuat kebaikan, dan melakukan perubahan. Hal ini untuk memperkaya talenta yang akan memimpin Muslimat Hidayatullah ke depan yang membawa perubahan.
“Setelah pelatihan ini, tidak boleh berhenti belajar. Untuk itu perlu dipersiapkan model mentoring, supaya pembinaan ini tetap berkelanjutan,” pungkasnya.
PP Muslimat Hidayatullah bersinergi dengan Hidayatullah Institute menggelar Leadership Training Talenta Muda Muslimat Hidayatullah pada 14-17 November 2024/12-15 Jumadil Ula 1446 H di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang, Jakarta, dengan tema “Kepemimpinan Manhaji: Profetik, Inovatif, Kolaboratif.”
Leadership Training yang diikuti oleh 36 peserta perwakilan 13 wilayah seluruh Indonesia ini diselenggarakan untuk membentuk karakter daiyah yang berintegritas, membina daiyah yang siap terjun di masyarakat, dan mengembangkan jaringan dakwah dengan memperkuat jaringan antara daiyah muda dalam rangka meningkatkan kolaborasi dakwah.