(Jakarta, mushida.org) Tugas kepemimpinan hirasatud diin wa siyasatuddunya, sebagai pengganti kenabian dalam melindungi agama, dan politik dunia mengatur kemaslahatan hidup dan kesejahteraan rakyat.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Sekjend I DPP Hidayatullah, Ustadz Abdul Ghofar Hadi dalam pemaparan materinya pada kegiatan Training Leadership Talenta Muda Muslimat Hidayatullah pada 15 November 2024/13 Jumadil Ula 1446 H.
Tantangan organisasi hari ini karena adanya perubahan yang cepat, masa depan kurang pasti, kompleksitas berbagai permasalahan, ambiguisitas atau ketidakjelasan dalam keberpihakan, dan teknologi yang semakin canggih.
“Pendiri Hidayatullah Ustadz Abdullah Said awalnya datang ceramah di tempat yang Allah tunjukkan di Balikpapan tahun 1969, tanpa bekal. Pengalamannya 15 tahun menjadi khotib, dan menjadi aktivis sejak usia sekolah, menjadikannya piawai dalam ceramah,” terangnya dalam menceritakan apa yang pertama kali dilakukan pendiri Hidayatullah.
Selain ceramah, Ustadz Abdullah Said juga menggalakkan Training Centre (TC), hingga merintis hutan belukar di Gunung Tembak menjadi pesantren, sebuah kawasan Islami yang di dalamnya ditegakkan nilai-nilai syariat Islam. Dari hutan belukar tersebut, Hidayatullah menyebar ke seluruh pelosok nusantara.
Lebih lanjut, Ustadz Abdul Ghofar juga menerangkan transformasi Hidayatullah. Menjadi organisasi sosial pada tahun 1972-1998, masa transisi dari organisasi sosial ke organisasi massa pada tahun 1998-2000, menjadi organisi massa 2010-2015, organisai masa periode 2015-2020, dan organisasi masa V 2021-2025
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PP Mushida, Ustadzah Hani Akbar menyampaikan bahwa organisasi adalah sarana berkumpulnya orang dalam sebuah struktur kepeminpinan untuk memperoleh suatu nilai yang disepakati dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkan.
Desain organisasi merupakan proses memilih dan mengelola dalam organisasi sehingga menciptakan suatu struktur organisasi tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Hal yang mendasari desain organisasi dinamika ekstrenal, tuntutan organisasi, dan dinamika internal.
“Enam elemen yang diterapkan di Hidayatullah dalam desain organisasi ialah spesialisasi pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang komando, sentralisasi-desentralisasi, dan formalisasi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ustadzah Hani mennyebutkan perbedaan model mekanistik dan model organik. Model mekanistik ialah sebuah struktur yang dicirikan oleh departementalisasi yang luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan sentralisasi.
Model organik yaitu sebuah struktur yang rata, menggunakan tim lintas hierarki dan lintas fungsi, memiliki jaringan informasi yang komprehensif, dan mengandalkan keputusan secara partisipatif.
Desain organisasi Hidayatullah adalah pondok pesantren.
“Allahu yarham Abdullah Said membuat pondok pesantren bukan untuk menambah banyaknya jumlah pesantren di Indonesia, namun menyatukan serpihan perjuangan Islam yang berserakan,” tuturnya.
Jatidiri merupakan basis desain organisasi Hidayatullah. Sistematika wahyu sebagai urutan pertama jatidiri Hidayatullah, karena menjadi bingkai secara keseluruhan.
PP Muslimat Hidayatullah bersinergi dengan Hidayatullah Institute menyelenggarakan Leadership Training Talenta Muda Muslimat Hidayatullah pada 14-17 November 2024/12-15 Jumadil Ula 1446 H di Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang, Jakarta, dengan tema “Kepemimpinan Manhaji: Profetik, Inovatif, Kolaboratif.”
Kegiatan ini diikuti oleh 36 peserta perwakilan wilayah seluruh Indonesia yang terdiri dari wilayah Bengkulu, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua Tengah.